Cipta Media Ekspresi merupakan hibah untuk perempuan pelaku kebudayaan di segala bidang seni. Hibah dapat digunakan untuk membuat, mengkaji, melakukan perjalanan serta membantu perempuan mencipta atau menampilkan karya.
Karya dapat berupa ciptaan asli, kajian, pemilihan benda-benda untuk dipamerkan atau diarsipkan dengan maksud mempertunjukkan atau berbagi.
Jumlah total dana hibah Cipta Media Ekspresi adalah 3,5 milyar rupiah bagi proyek yang dapat diselesaikan sebelum 28 Februari 2019.
SelengkapnyaAnggota Dewan Perwakilan Daerah dari Nusa Tenggara Timur ini lebih dikenal sebagai pejuang lingkungan. Namun perjuangannya menggunakan “senjata” seni dengan mengorganisir aktifitas menenun sebagai protes damai tambang marmer di Gunung Mutis, Nusa Tenggara Timur selama 12 tahun. Penerima penghargaan Goldman Prize tahun 2013 ini kini sibuk mengorganisir hibah seni di Nusa Tenggara Timur dan memaparkan...
Ketua Sub Komisi Partisipasi Masyarakat Komnas Perempuan periode 2010-2014. Lulus dari Universitas Indonesia jurusan Hubungan Internasional dan Magister Program Media and Communications dari Goldsmiths University of London, Inggris. Salah satu ketertarikannya adalah mendokumentasikan cerita - cerita mengenai perempuan Indonesia, permasalahan dan perjuangannya bertahan. Kini mengetuai Suar Asa Khatulistiwa (SAKA).
Desainer, seniman, peneliti di Koperasi Riset Purusha, penggiat seni budaya, pengajar di Institut Kesenian Jakarta Fakultas Seni Rupa Jurusan Desain Komunikasi Visual juga di Program Pasca Sarjana Institut Kesenian Jakarta. Pada tahun 2008-2011 Cecil menjadi bagian dari komunitas salihara. Pada 2011 ia menginisiasi TuaTuaSekolah bersama Lisabona Rahman dan Felencia Hutabarat, sebuah program beasiswa independen agar...
Heidi merupakan penggagas hibah terbuka Cipta Media Ekspresi, sebelumnya ia pernah menjabat sebagai Program Officer Creativity and Freedom of Expression Ford Foundation Indonesia. Dia menyelesaikan program doktoral (S3) bidang studi gender dan politik dari University of Melbourne, Australia. Heidi lahir dan besar di Australia namun telah tinggal di Indonesia sejak tahun 1996. Heidi menikah dengan...
Penulis fiksi dan dosen di Department of Media, Music, Communication and Cultural Studies di Macquarie University, Sydney. Gelar doktornya diperoleh dari New York University. Karya fiksi dan akademiknya menjelajahi hubungan antara gender, seksualitas, budaya, dan politik. Karya sastranya kerap mengolah dongeng dan horor dengan perspektif feminis. Sebagai penulis novel Gentayangan: Pilih Sendiri Petualangan Sepatu Merahmu...
Pelaku arsip dan studi film dari Indonesia. Lulus S1 Hubungan Internasional dari Universitas Indonesia dan S2 program Magister di bidang Film/Cinema/Video Studies di Universiteit van Amsterdam. Lisa juga berprofesi sebagai wartawan dan editor untuk portal berita tentang industri film Indonesia. Kini ia lebih mengkhususkan diri pada bidang arsip dan restorasi film, terutama melakukan persiapan dan...
Aktor, pengarang, dan sutradara teater dari Yogyakarta. Karya fiksi dan pertunjukannya menggunakan estetika sebagai kerangka kerja untuk menyelidiki bagaimana dalam sehari-hari gambar, suara, bahasa bertimbal-balik dengan politik. Karyanya termasuk Shakuntala, Medea Media (Hibah EWA Yayasan Kelola), Goyang Penasaran (Hibah EWA Yayasan Kelola) dan Perbuatan Serong. Kini (2017) Naomi sedang menggarap novel mengenai perempuan-perempuan petani yang...
Lebih suka menyebut dirinya pesuara daripada penyanyi, Ubiet telah menjelajahi beragam gaya musik dan menyatakan dirinya “pluralis”. Lahir dari Ayah Aceh dan Ibu Minangkabau, Ubiet remaja bergabung dengan sejumlah band pop di Sabang (Pulau Weh) dan Banda Aceh. Masuk Jurusan Musik di Institut Kesenian Jakarta (1983), dengan studi khusus vokal; Ubiet kerap terlibat dalam sejumlah...