920 - Mengembalikan Kejayaan Tenun Songket dan Kasab Aceh

Nama Inisiator

Mellyan

Bidang Seni

sastra

Pengalaman

4 tahun 8 bulan

Contoh Karya

Karya Sastra dan Jurnalistik tentang Budaya.docx

Kategori Proyek

riset_kajian_kuratorial

Deskripsi Proyek

Aceh, terutama Aceh Besar pernah menjadi sentra produksi tenun songket, namun kini kemashuran tenun songket Aceh terancam punah, Proyek yang akan saya jalankan untuk menjaga tradisi tersebut adalah mengumpulkan data, melakukan riset, serta menuliskan mengenai keistimewaan tenun songket Aceh dan menemukan penyebab kurangnya minat untuk meneruskan tradisi menenun di Aceh. Kemudian tenun songket tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk pameran yang dikemas dengan nuansa kekinian untuk menarik generasi muda. Demikian pula untuk kasab, yang berupa sulaman benang emas dan perak khas Aceh. Meulaboh sampai saat ini masih menjadi sentra produksi kasab terbaik, namun pengrajin masih mengalami kesulitan dalam promosi untuk menarik minat masyarakat terhadap kasab Aceh, sehingga kasab masih digunakan sebatas pada kegiatan adat seperti upacara pernikahan, kematian dan sebagainya. Saya akan melakukan riset, mengumpulkan data serta menuliskan keunikan kasab Aceh. Di tahap Akhir proyek, diadakan pameran kasab Aceh yang terbuka untuk umum dan dikemas dengan menarik. Serta mengajak perempuan pengrajin kasab untuk mengeksplore motif kasab tidak hanya pada pelaminan maupun pakaian pengantin, namun juga pada benda yang dipakai sehari-hari, tanpa menghilangkan ciri khas motif kasab itu sendiri, hal tersebut agar kerajinan warisan leluhur dapat lebih dikenal luas.

Latar Belakang Proyek

Tradisi menenun tercatat dalam sejarah berada di Desa Siem Aceh, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar. Namun kini tradisi menenun di desa Siem dapat dikatakan hampir punah, sejak meninggalnya Nyak Mu, pengarajin tenun songket terkenal pada 2009. Konflik Aceh semakin menambah keterpurukan geliat kerajinan menenun di Aceh. Hampir tiap rumah di Desa Siem dulunya melakukan kegiatan menenun. Gadis-gadis desa menekuni tenun dengan baik sebagai rutinitas sehari-hari. Saat ini, usaha tenun di Siem dapat dihitung jari. Padahal tenun songket Aceh sangat indah dengan motif pucok reubong (pucuk rebung), motif iris halwa, motif bungong meulu (bunga melur), motif bungong keupula (bunga tanjung), motif awan sion (awan satu), motif awan meutalo (awan bertali), motif lidah tioeng (lidah burung beo), motif boh glima meupucok (buah delima pucuk), motif sisek meuria dan sebagainya. Sedangkan kasab, kerajinan sulaman benang emas dan perak khas Aceh ini hanya digunakan untuk kegiatan adat, padahal berbagai motifnya yang indah dapat diaplikasikan pada kain berwarna merah, kuning, hijau, hitam, biru yang merupakan warna khas Aceh dapat menjadi buah tangan bagi pelancong. Untuk itu saya tertarik melakukan penelitian, mengumpulkan pengetahuan mengenai dua kerajinan tersebut, dan mengadakan pameran untuk memamerkan motif (tenun songket dan kasab Aceh) sekaligus sebagai upaya pelestarian tradisi endatu.

Masalah yang Diangkat

Berupaya mengembalikan kejayaan tenun songket Aceh yang terancam punah, akibat kurangnya regenerasi dan ketertarikan generasi muda terhadap tradisi tersebut. Untuk itu perlu diadakan kajian mendalam penyebab hampir punahnya tradisi menenun di Aceh, agar ditemukan solusi untuk mengembalikan tenun songket Aceh sebagai salah satu pekerjaan yang diminati, terutama bagi generasi muda. Selain riset, perlu diadakan pameran serta diskusi mengenai tenun songket Aceh , agar menggugah kesadaran banyak pihak untuk melestarikan warisan kebudayaan tersebut. Untuk kerajinan Kasab, diperlukan kreatifitas dan promosi agar Kasab dapat menjadi primadona di negeri sendiri, dan menarik minat wisatawan terhadap Kasab.Karena itu pula diperlukan kajian atau riset mendalam bagaimana menciptakan peluang bagi perempuan pengrajin agar Kasab lebih dikenal. Kemudian juga mengadakan pameran dan diskusi hasil karya perempuan-perempuan pengrajin tersebut, sebagai salah satu ajang promosi agar tradisi dan keindahan warisan leluhur dapat dinikmati khalayan ramai sekaligus merawat tradisi agar tidak musnah ditelan perkembangan zaman.

Indikator Sukses

Jika hasil kajian dalam mengumpulkan pengalaman para perempuan pengrajin, mengkajinpenyebab hampir hilangnya tradisi dan metode promosi yang tepat bagi para pengrajin perempuan tersebut telah selesai ditulis, serta pameran dan diskusi mengenai tenun songket dan kasab Aceh telah berhasil diselenggarakan, merupakan indikator suksesnya proyek ini.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.248 Juta

Durasi Proyek

7 bulan