914 - Pengembangan Bersama Buruh Batik di Tegalrejo

Nama Inisiator

Suryanti

Bidang Seni

kriya

Pengalaman

6 tahun

Contoh Karya

KARYA 6.jpg

Kategori Proyek

akses

Deskripsi Proyek

Saya ingin memberikan pelatihan batik terutama dalam hal pewarnaan alam dan membuat studio bersama untuk ibu-ibu buruh batik di Desa Tegalrejo agar mereka dapat memproses batik sendiri dan tidak bergantung lagi pada perusaahaan batik. Mengingat upah yang mereka dapat dari buruh membatik tidak sesuai dengan tenaga yang mereka keluarkan. Padahal harga jual batik itu mahal namun mereka hanya diupah 30-50ribu perkain yang mana 1 kain itu dapat terselesaikan sekitar 3-5 hari. Konsep pelatihan ini diawali dengan belajar membuat desain salah satunya menggali potensi yang ada di Desa Tegalrejo seperti tanaman pisang dan buah sirkaya dengan teknik pewarnaan alam dari tanaman yang tumbuh di Desa Tegalrejo seperti mahoni, mangga, jati dan tanaman yang bisa digunakan untuk pewarna alam. Nantinya hasil pelatihan ini akan dipamerkan dalam pameran produk potensi Desa Tegalrejo bekerja sama dengan pemerintah desa. Pameran tersebut sekaligus menjadi media promosi untuk mereka. Studio ini nantinya juga akan digunakan sebagai media pembelajaran untuk anak-anak Desa Tegalrejo yang ingin belajar membatik secara gratis. Tujuannya agar mereka mengenal batik sebagai warisan budaya dan menjadikan mereka sebagai penerus budaya yang ada di Desa Tegalrejo.

Latar Belakang Proyek

Masyarakat Desa Tegalrejo merupakan masyarakat pedesaan yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani dan buruh. Sedangkan ibu rumah tangganya bekerja sebagai buruh batik. Pekerjaan sebagai buruh batik merupakan keseharian mereka untuk menambah penghasilan dari kepala keluarga. Mereka membatik kain putih kemudian disetorkan pada perusahaan batik di daerah sekitar. Dengan kemampuan membatik mereka yang sudah handal penghasilan yang dapat mereka peroleh hanya Rp 5.000,- sampai Rp 15.000,- perhari. Padahal jika batik itu sudah jadi berupa kain batik yang berwarna dapat dijual dengan harga minimal Rp 300.000,- perkain. Karena kemampuan mereka terbatas hanya bisa membatik di kain putih maka penghasilan yang mereka peroleh hanya sebatas upah buruh yang minim. Dari beberapa obrolan dengan beberapa pembatik, mereka sebenarnya ingin memiliki usaha sendiri namun karena keterbatasan teknik yang belum mereka kuasai dan juga modal mereka bingung untuk memulainya. Padahal hal terpenting dalam pembuatan batik telah dikuasai. Maka dari itu saya tergerak untuk membantu mereka belajar membuat batik dari proses awal sampai akhir dan saya ingin mereka mempunyai studio bersama untuk memproduksi batik sebagai langkah awal untuk menggerakkan potensi yang ada di Desa Tegalrejo. Juga untuk mendidik anak-anak selaku generasi muda untuk mencintai batik dengan mengadakan pelatihan batik gratis untuk mereka.

Masalah yang Diangkat

1. Minimnya upah yang diperoleh dari ibu-ibu buruh batik yang tidak sebanding dengan harga penjualan batik sehingga mereka perlu diajari bagaimana memproses batik dari awal sampai akhir agar bisa memproduksi batik sendiri. 2. Keterbatasan akses modal dan tempat untuk mereka berproduksi sehingga perlu dibentuk studio batik bersama untuk ibu-ibu buruh batik agar dapat berkarya. 3. Pembelajaran batik sebagai warisan budaya untuk anak-anak sehingga nantinya mereka dapat ikut melestarikan batik yang ada di Tegalrejo.

Indikator Sukses

1. Ibu-ibu buruh batik dapat memproses batik dari proses desain, pembatikan, pewarnaan, pelorodan, sampai finishing dan tidak lagi bergantung pada perusahaan batik sehingga dapat meningkatkan perekonomian mereka 2. Terlaksananya pameran produk batik yang setidaknya menampilkan 30 karya batik dari ibu-ibu desa Tegalrejo pada acara gelar potensi desa. 3. Terbentuknya tempat pelatihan batik gratis untuk anak-anak desa Tegalrejo sehingga nanti karya mereka juga bisa dipamerkan dalam gelar potensi desa.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.150 Juta

Durasi Proyek

3 bulan