Nama Inisiator
Adriani S Sumantri
Bidang Seni
lainnya
Pengalaman
penelitian-43 tahun, menulis - 24 tahun, pameran fotografi bersama 1 tahun, visual art baru
Contoh Karya
IMG_1450.JPGKategori Proyek
perjalanan
Deskripsi Proyek
Proyek ini adalah proyek perjalanan yang mengidentifikasi dan mendokumentasikan praktik-praktik budaya dan berkeseniani perempuan dalam merawat dan memaknai kematian. Praktik-praktik tersebut diperbandingkan antara wilayah budaya yang satu dengan wilayah lain untuk menemukan persamaan dan perbedaannya.\r\n\r\nAdopsi metodologi feminist participatory action research akan digunakan. Perempuan dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh, Kurang lebih 200 orang akan dijumpai sebagai nara sumber. Kurang lebih sepertiganya dirancang untuk berproses secara intensif. Mereka adalah perempuan yang bersedia bereksperimen dan berinovasi membuat karya sebagai perwujudan kongkrit dari pemaknaan ulang dan merawat warisan budaya.\r\n\r\nBuku tentang Peran dan Posisi Perempuan Dalam Kematian Sebagai salah satu Siklus Hidup manusia merupakan hasil akhir dari proyek ini. Selain itu pameran yang menggambarkan proses dan hasil perjalanan menjadi unsur penting dari proyek ini untuk menjamin berkelanjutan proyek ini. Dengan demikian proyek ini tidak berhenti ketika linimasa proyek berakhir. Pameran tersebut menampilkan karya-karya kolaborasi antara perempuan dan peaku perjalanan. \r\n
Latar Belakang Proyek
“Belajarlah dulu tentang mati, baru yang lain-lainnya” (Nishirin Daishonin)\r\nUngkapan di atas benar adanya, karena mati merupakan salah satu masalah pokok dalam hidup. Pemikiran Nishirin beriringan dengan pemikiran Martin Heideger, ahli eksistensialis yang menyatakan bahwa hidup manusia adalah suatu kehadiran yang tertuju pada kematian dan bahwa potensi mati sudah melekat sebagai bawaan dalam hidup manusia sejak terjadinya pembuahan dalam rahim. \r\n\r\nPemikiran keduanya dapat dijumpai pada suku bangsa tertentu di Indonesia yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kehidupan perempuan secara sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Termasuk mempengaruhi ekspresi berkesenian mereka. \r\n\r\nSebagai contoh, di Sumba, tenun merupakan salah satu nadi kehidupan. Keberlangsungan tenun mempengaruhi eksistensi perempuan. Tanpa kematian, pemintalan benang menjadi tiada. Tanpa kematian dan tenun, dapur tidak berasap. Dibutuhkan lembar demi lembar kain untuk membungkus tubuh pada kematian pertama dan kedua. Di Toraja, kebiasaan menenun motif tertentu dihentikan seiring dengan masuknya agama Kristen. Kebiasaan di Toraja berbeda dengan kebiasaan Batak, sekalipun agama Kristen memasuki ranah hidup mereka. Tenun motif tertentu sejak sebelum agama Kristen masuk hingga sekarang masih eksis dan berfungsi. \r\n\r\nInstant culture berkontribusi signifikan terhadap kepunahan ekspresi dan berkarya perempuan
Masalah yang Diangkat
Pertanyaan-pertanyaan berikut memicu hadirnya proyek ini: \r\n•\tApakah mati itu? Apakah mati yang selama ini diidentifikasi sebagai maut merupakan akhir dari segalanya? Atau mati merupakan pintu gerbang dari suatu kehidupan (yang baru)?\r\n•\tJika hanya hidup yang ada, mengapa ada kematian? Mengapa jiwa dipisahkan dari raga?\r\n•\tApa yang dilakukan dan terjadi mengiringi kematian?\r\n•\tApakah ruang dan waktu mempengaruhi posisi dan peran perempuan dalam ritual kematian? Apakah ketika ia mati juga menempati posisi dan peran yang sama?\r\n Apakah perempuan dapat berekspresi dan berinovasi saat merawat warisan budaya?\r\n
Indikator Sukses
Indikator kuantitatif: (1) Tercetaknya 600 eks buku tentang Peranan dan Posisi Perempuan Dalam Kematian sebagai siklus hidup manusia, (2) Terselenggaranya satu kali lokakarya pengembangan karya perempuan berinovasi, (3) Terselenggaranya satu kali pameran pada akhir proyek dengan medium yang beragam.\r\n\r\nIndikator kualitatif: (1) perempuan di minimal dua lokasi perjalanan berniat merawat warisan budaya secara inovatif (2) perempuan umum terinspirasi dan berniat merawat warisan budaya
Dana yang Dibutuhkan
Rp.750 Juta
Durasi Proyek
9 bulan