896 - Perempuan Tak Patuh: Sebuah Kumpulan Wawancara

Nama Inisiator

Titah Asmaning Winedar

Bidang Seni

penelitian

Pengalaman

5 tahun

Contoh Karya

Perempuan Tak Patuh.pdf

Kategori Proyek

riset_kajian_kuratorial

Deskripsi Proyek

Bagaimana menjamin perempuan terwakili dan pendapatnya tersampaikan secara adil? Jawabannya tentu: membiarkan mereka berbicara. Perempuan Tak Patuh adalah buku kumpulan wawancara bersama 20 tokoh perempuan muda progresif yang berkarya dalam beragam bentuk. Narasumber berasal dari pelbagai bidang aktivisme, seperti musik, film, sastra dan jurnalistik, serta kesenian. Buku ini merekam, sekaligus mengarsipkan upaya mewujudkan kesetaraan dan keberdayaan perempuan. Buku ini digarap berdua oleh saya dan Adya Nisita (editor WARN!NGMAGZ). Sebelumnya, kami selaku bagian dari majalah musik independen WARN!NGMAGZ pernah turut merealisasikan buku kumpulan wawancara Questioning Everything: Kreativitas di Dunia yang Tidak Baik-Baik Saja (WARN!NG Books, 2016). Kali ini kami ingin melanjutkan semangat tersebut. Proses riset untuk buku ini sudah dilangsungkan sejak Januari dan terus berprogres sampai sekarang. Proyek ini penting, karena bagi kami berkarya secara kritis dan jujur ialah bentuk perlawanan paling mendasar seorang perempuan. Sejak hak untuk memilih untuk perempuan disahkan pada 1893 di Selandia Baru, perdebatan mengenai mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh perempuan masih terus bergulir. Kami coba menyajikan kemungkinan-kemungkinan paling ajaib yang bisa dilakukan perempuan dalam bentuk artikel tanya-jawab. Kami berniat melibatkan sebanyak mungkin perempuan dalam proyek ini. Bukan untuk mengeksklusifkan keperempuanan kami, namun sebaliknya: memperbesar angka keterwakilan dan melumrahkan kehadiran perempuan di ruang-ruang publik.

Latar Belakang Proyek

Peradaban manusia memiliki sejarah panjang terkait dikte-dikte dan konstruksi sistem sosial yang mengekang perempuan. Tanpa mengabaikan adat yang sifatnya matriarkal, kenyataannya pemahaman universal masyarakat kita lebih kuat dipengaruhi oleh sistem patriarkal yang diskriminatif. Di sini, perempuan seolah tak memiliki tubuh dan pikiran sendiri. Tubuh kita kerap dipolitisasi, jadi senjata kampanye, dan diatur memakai undang-undang yang lahir dari diskusi-diskusi tertutup. Meski mencekik, tidak banyak perempuan yang menyadari hal ini. Bak burung yang lupa punya sayap, perempuan memiliki kekuatan namun nyaman dalam ketidaktahuan. Harapannya, buku kumpulan wawancara ini dapat memantik lebih banyak lagi diskusi soal pemberdayaan perempuan. Format wawancara dipilih karena memudahkan pembaca menyelami gagasan di balik karya/aktivisme para narasumber—dengan tetap mempertahankan gaya tutur masing-masing. Selain itu, buku kumpulan wawancara seperti ini bakal menambah variasi produk jurnalisme yang beredar di pasar literatur Indonesia. Satu lagi, buku ini bisa dilihat sebagai usaha mencatat gerakan feminisme di Indonesia. Buruknya tradisi mengarsip (khususnya soal gerakan perempuan di Indonesia) kita, mengesankan aktivisme perempuan seolah jalan di tempat. Dalam level tertentu, kami harap buku ini dapat dimaknai sebagai titik pijak baru bagi perempuan untuk melanjutkan perjuangan.

Masalah yang Diangkat

Kami berupaya mengamplifikasi suara perempuan dengan cara mempertemukan gagasan para narasumber ke khalayak yang lebih luas. Isu keterwakilan perempuan di pelbagai bidang kerja di Indonesia masih relevan untuk dibahas. Sudah ada individu perempuan yang menjadi presiden di Indonesia tidak serta-merta menyingkirkan kenyataan bahwa kaum hawa kebanyakan masih mengalami ketimpangan akses dan kekerasan kultural maupun stuktural. Dengan mewawancarai narasumber dari beragam latar belakang, kami hendak merayakan perlawanan sehari-hari yang bisa dilakukan oleh perempuan manapun. Melalui laku inklusif tersebut kami bermaksud mengedepankan prinsip interseksionalisme dalam diskusi feminisme kita—bahwa permasalahan yang dihadapi perempuan tidak hanya berkutat pada praktik seksisme tapi juga diskriminasi atas ras, situasi ekonomi, agama, orientasi seksual, hingga disabilitas.

Indikator Sukses

Hasil akhir proyek ini berupa buku yang dicetak perdana sebanyak 2000 ekspemplar. Kami hendak mendistribusikan buku ini melalui jejaring toko buku independen maupun komersial di bawah naungan WARN!NG Books (usaha penerbitan independen WARN!NG Magazine). Selain itu, tim kami juga berencana mendiseminasikan buku ini melalui tur ke delapan kota besar dengan melibatkan seniman perempuan di tiap perhelatannya. Menggenapi indikator yang dipaparkan di atas, kami akan memastikan pula buku ini mendapat perhatian media massa baik cetak maupun daring dalam bentuk ulasan dan peliputan.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.77.5 Juta

Durasi Proyek

8 bulan