865 - Perempuan Berjuang atas Tanah dan Pangan

Nama Inisiator

Ramlah

Bidang Seni

penelitian

Pengalaman

2 Tahun

Contoh Karya

Kategori Proyek

kerjasama_kolaborasi

Deskripsi Proyek

Proyek ini diharapkan mampu mengembalikan ingatan perempuan tentang pangan lokal, mengangkat kembali visibilitas perempuan sebagai kaum yang mampu mengelolah hasil bumi dengan baik. Selain itu, proyek ini juga dapat memberikan inspirasi dan semangat agar perempuan dapat berdaulat atas pangan dan hidupnya

Latar Belakang Proyek

Desa Pusungi yang terletak di wilayah kecamatan Ampana Tete Kabupaten Tojo Una-una, adalah salah satu desa yang masuk dalam wilayah cagar alam Tanjung Api. Cagar Alam Tanjung Api Sesuai surat keputusan Menteri Pertanian No : 91/Kpts/Um/2/1977 tanggal 21 Februari 1977 . Desa Pusungi dengan jumlah penduduk 3.104 jiwa, laki-laki 1.460 jiwa dan perempuan 1.644 jiwa. Dengan luasan wilayah 2.069,97 hektare. Wilayah hutan desa Pusungi yang masuk dalam kawasan cagar alam yakni seluas 752,97 hektare. Mayoritas penduduk desa Pusungi adalah Petani. Yang mayoritas adalah perempuan. Wilayah kelolah perempuan desa Pusungi yang masuk dalam wilayah cagar alam, kerap kali membuat perempuan petani gelisah, kadang mereka di larang untuk memasuki hutan dan mengambil hasil hutan untuk kebutuhan sehari-hari. Kadang suami-suami mereka berkejar-kejaran dengan pihak kepolisian karena di tuduh telah melakukan penebangan liar didalam kawasan cagar alam. Pada 2016 wilayah desa Pusungi masuk pada wilayah pembangunan Bandara Tanjung Api, pada proses tersebut perempuan tidak pernah dilibatkan sama sekali dalam proses pembebasan lahan, atau pada pertemuan-pertemuan antara masyarakat dan dinas terkait. Problematika yang terjadi di desa Pusungi ini menjadikan perempuan semakin jauh dengan wilayah kelolah mereka, bahkan harus hidup dengan rasa ketakutan, karena kebun semakin jauh, dan masuk dalam kawasan cagar alam.

Masalah yang Diangkat

Hadirnya cagar alam, menjauhkan akses perempuan atas wilayah kelolah mereka sehingga membuat perempuan semakin kesulitan dalam pemetnuhan kebutuhan keluarga, berupa obat-obatan, kayu bakar, dan kebutuhan lainnya. pun ketika wilayah cagar alam berubah menjadi bandar udara, wilayah kelolah perempuan semakin sempit, diringi dengan masuknya produk-produk kapital seperti industri-industri besar, dan masuknya makanan-makanan instan lainnya. Yang membuat perempuan semakin kesulitan dalam pemenuhan pangan keluarga, yang berimbas pada kekerasan terhadap perempuan. Tidak hanya di wilayah desa Pusungi, dibeberapa wilayah di Tojo Una-una telah di kapitalisasi oleh perusahaan besar yang mengatas namakan pembangunan. Semisal wilayah Togean yang masuk pada kawasan taman nasional sejak 2004, kawasan hutan lindung, serta kaplingan tanah perusahaan ekstraktif pertambangan. Tojo Una-una yang dikelilingi dengan indsutri-industri besar, dan model pembangunan kapitalisme ini membuat nilai ekonomi semakin tinggi. Sehingga banyak perempuan yang kemudian memilih untuk bekerja keluar daerah bahkan memilih untuk menjadi menjadi TKW.

Indikator Sukses

Perlu adanya satu ruang untuk para perempuan ini mempercakapkan keberlangsungan layanan alam melalui cara-cara sederhana, namun memiliki efek yang luar biasa ke depan. Melalui pemulihan ingatan kaum perempuan tentang makanan lokal yang diharapkan mampu memulihkan kondisi ekonomi perempuan dan mengurangi jumlah perempuan yang meninggalkan desa demi mencari nafkah. a. Memotivasi perempuan tentang kedaulatan pangan keluarga untuk dapat memenuhi gizi keluarga dan membantu menemukan cara untuk memulihkan ketersediaan sumber-sumber kehidupan seperti air, tanah dan udara. b. Berbagi pengalaman terkait konsep menanam melalui metode kearifan lokal c. Mengidentifikasi potensi sumber-sumber agraria (SDA) yang ada di desa untuk selanjutnya bersama-sama dikelola sebagai salah satu ekonomi alternatif yang bisa dikembangkan. d. Terbentuknya kelompok perempuan yang akan mengelolah produk-produk lokal, dan memproduksi sampai ke tarap pemasaran, berupa (keripik, makanan sagu, dan minyak klentik dll). e. Adanya kampanye budaya lokal melalui pameran hasil bumi yang diselengarakan oleh kelompok perempuan tersebut, bersama-sama memerkan hasil karya mereka.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.300.000 Juta

Durasi Proyek

9 bulan