706 - Membongkar Praktik Kerja Tata Kelola Seni Berbasis Gender

Nama Inisiator

Theodora Agni Diparmawati

Bidang Seni

seni_rupa

Pengalaman

13 tahun

Contoh Karya

Portfolio PR Seni_small ver.pdf

Kategori Proyek

riset_kajian_kuratorial

Deskripsi Proyek

Proyek ini bertujuan membongkar wacana tentang pembagian kerja dalam tata kelola seni yang berbasis tatanan gender, dari perspektif pelaku dan perspektif gender. Untuk mengulas isu secara mendalam, proses pelaksanaan proyek dibagi menjadi empat tahapan aktivitas. Antara lain (1) penelitian kelompok untuk memetakan berbagai persoalan yang berkaitan dengan isu utama, (2) rangkaian diskusi publik untuk mengkaji dan membicarakan berbagai dimensi dari isu utama, (3) rangkaian aktivitas kreatif untuk menyediakan ruang bagi refleksi yang muncul selama diskusi, (4) penerbitan buku yang memuat arsip, temuan dan pemetaan penelitian, catatan peristiwa selama proses pelaksanaan proyek, serta kumpulan pengalaman beberapa pelaku tata kelola seni sebagai bahan kajian. Perhatian utama proyek ini terletak pada keterlibatan dan kehadiran para pelaku tata kelola seni perempuan, para pemangku kepentingan terkait, dan pihak lain yang menaruh perhatian pada isu yang dibahas. Baik yang tinggal di Yogyakarta mau pun yang berasal dari beberapa kota lain di Indonesia. Dalam pelaksanaan proyek ini, saya akan bekerja sama dengan kelompok kajian tata kelola seni di Yogyakarta bernama ‘Pengelolaan Ruang Seni’ dan Cemeti – Institut untuk Seni dan Masyarakat.

Latar Belakang Proyek

Dari 21 ruang dan komunitas seni yang aktif mengelola program residensi di Yogyakarta, hanya 2 ruang seni yang dikelola oleh manajer residensi laki-laki. Hal ini menunjukkan kenyataan bahwa kesenian tidak luput dari tatanan gender. Dalam praktik kerja yang saya alami sehari-hari, kerja perawatan diasosiasikan dengan perempuan karena sifatnya yang reproduktif. Mengelola administrasi dan pembukuan, hospitality, hingga mengurus logistik pameran/pementasan merupakan bagian dari wilayah kerja manajer seni yang lekat dengan identitas gender perempuan. Meski beberapa jenis pekerjaan ini juga diperankan oleh laki-laki, manajer seni perempuan menghadapi tantangan yang berbeda karena identitas gendernya. Sebagai istri yang mesti pandai mengurus rumah, sebagai ibu yang mesti merawat anak-anaknya, atau sebagai anak perempuan yang diandalkan untuk mengurus orangtua dan keluarganya. Tanggung jawab keseharian inilah yang menegaskan perspektif patriarki terhadap definisi ‘kerja’. Yaitu hanya aktivitas profesional yang menghasilkan pendapatan ekonomi dan meningkatkan status sosial. Perspektif patriarki dalam memandang definisi ini tanpa sadar juga diterapkan oleh perempuan itu sendiri ketika menempatkan dirinya di luar wilayah domestik. Semestinya, berbagai bentuk kerja dapat dilakukan oleh siapa pun tanpa mengurungnya dengan identitas gender. Untuk meraih kesetaraan, atribut patriarki mesti dilepas dengan cara memperhitungkan kebutuhan kerja yang rasional dan memperhatikan kemampuan beserta minat individu.

Masalah yang Diangkat

Tanggung jawab profesi sebagai manajer seni yang memegang kendali tarik-ulur antara impian dan kenyataan gagasan sebuah proyek seni menuntut seorang manajer seni untuk terus-menerus memaknai peran dan kerjanya secara kritis dan kontekstual dengan dinamika medan saat ini. Guna memahami isu dan wacana global yang berkaitan dengan praktik seni, serta mengambil keputusan taktis yang berkaitan dengan dialog dan interaksi multikultural. Di tengah kompleksitas peran dan relasi yang dialami oleh para pelaku tata kelola seni, sudah saatnya kita mengkritisi isu pembagian kerja dalam tata kelola seni yang berbasis tatanan gender dan membangun cara pandang baru terhadap peran kita.

Indikator Sukses

Capaian keberhasilan yang diharapkan adalah pengetahuan dan pemikiran kritis yang muncul selama proses hingga setelah proyek ini berakhir, serta berkembangnya inisiatif pengkajian di bidang tata kelola seni yang berkelanjutan.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.135 Juta

Durasi Proyek

6 bulan