Nama Inisiator
Mira Lismawati
Bidang Seni
kriya
Pengalaman
9 tahun (2009- sekarang)
Contoh Karya
PhotoGrid_Video_1521560340961.mp4Kategori Proyek
lintasgenerasi
Deskripsi Proyek
Ekspedisi Waleja merupakan sebuah kegiatan yang memfasilitasi 5 calon Penenun Muda Perempuan yang ingin belajar menenun dengan serius kepada 5 Penenun Senior Perempuan yang berpengalaman dibidangnya. Proyek ini berupa penyedian fasilitas belajar dan berkarya dimana para calon penenun muda dapat mengakses ilmu pengetahuan dan keahlian tentang menenun dari ahlinya langsung. Para Penenun Senior berperan sebagai guru yang mengajari teknik dan juga membagi pengetahuan lain tentang makna-makna filosofis yang tertuang dalam tenun khas Wakatobi. Selanjutnya Calon Penenun Muda ditantang untuk melakukan eksplorasi dan pengembangan produk berbahan dasar tenun setelah mempelajari dasar-dasar menenun. Di tahap ini akan terjadi silang berbagi ilmu pengetahuan, dimana para penenun muda ini membagi penemuan dari hasil eksplorasinya kepada penenun Senior dengan menciptakan produk baru. Hasil ahir dari proyek ini akan dikemas khusus dalam sebuah pameran dan presentasi karya yang menceritakan proses dan perjalanan berkarya selama program berlangsung.
Latar Belakang Proyek
Desa Pajam, Pulau Kaledupa merupakan desa destinasi wisata penghasil kain tenun di Wakatobi sekaligus menjadi daerah yang diandalkan untuk mensuplay kebutuhan tenun di Wakatobi. Pada umumnya pengrajin tenun ini didominasi oleh perempuan diatas 50 tahun yang bekerja menenun sebagai usaha sampingan di sela-sela kegiatan utamanya sebagai petani. Rata-rata para pengrajin tenun ini menggunakan waktunya di sore hari sampai malam sebelum tidur. Alhasil untuk mendapatkan satu helai kain tenun bisa memakan waktu 5-10 hari. Ditengah-tengah minimnya produktivitas kain tenun ini, ternyata fungsi kain tenun dimasyarakat Wakatobi tak hanya digunakan sebagai pakaian semata melainkan sangat erat dengan kesakralan dari ritual-rutual budaya Wakatobi. Maka kebutuhan akan kain tenun ini akan tetap ada seiring dengan tradisi yang masih melekat erat dalam kehidupan masyarakat. Selain dari pada itu, kemajuan di bidang pariwisata yang sudah sejak lama diraih oleh Wakatobi sebagai Top 10 destinasi wisata terfavorit, kain tenun Wakatobi masih menjadi cindramata yang dicari oleh turis dan kolektor kain-kain Nusantara.
Masalah yang Diangkat
Perempuan penenun tidak dapat ditawar lagi sebagai penjaga dan pelestari budaya menenun di Wakatobi. Kelangkaan kain tenun Wakatobi karena minimnya jumlah dan produktifitas penenun, tentu saja ini memicu banyak hal : masuknya kain-kain tenun pabrikan di pasar-pasar tradisional bahkan pudarnya tradisi. Serbuan kain tenun pabrikan secara masal menawarkan harga yang sangat murah, di sisi lain mengancam dan merugikan sumber ekonomi para pengrajin. Masyarakat dan turis cenderung tegiur dengan harga yang ditawarkan karena minimnya akses mendapat produk tenun dengan kualitas baik. Oleh karena itu untuk tetap menjaga kesetabilan suplay kain tenun Wakatobi, lestarinya tradisi dan nilai-nilai warisan budaya, perlu adanya regenerasi guna mempersiapkan pengrajin-pengrajin muda yang handal serta kreatif inovatif yang ke depannya diharapkan memegang peran penting dalam pelestarian budaya menenun yang sudah ada sejak kerajaan di Kaledupa berdiri. Selain itu para penenun muda ini dapat mengembangkan produk-produk yang berbahan dasar tenun. Dengan meningkatnya produktifitas dan pengembagan produk diyakini akan menambah nilai ekonomi yang jauh lebih baik dan secara otomatis berdampak pada kemapanan financial para perempuan penenun Wakatobi.
Indikator Sukses
1. Antusiasme peserta dari awal hingga ahir kegiatan 2. Kesesuaian rancangan kegiatan dengan waktu dan anggaran 3. Berkelanjutan, dapat dilihat dampaknya dari data produksi : volume bertambah, keragaman produk lebih variatif, diikuti dengan naiknya income pengharajin dari hasil penjualan. (dapat diukur dalam 3 bulan terahir pasca kegiatan) 4.Kuantitas penenun usia muda bertambah (dapat diukur dalam 3 bulan terahir pasca kegiatan) 4. Terhubungnya antara pengrajin dan trip operator yang menciptakan kerjasama yang menguntungkan sehingga para pengrajin terbantu dalam hal promosi produk-produknya kepada wisatawan.
Dana yang Dibutuhkan
Rp.145 Juta
Durasi Proyek
2 bulan