664 - Woman Study Circle Network: Be Heard!

Nama Inisiator

Julia Novrita

Bidang Seni

lainnya

Pengalaman

6 tahun / 5 bulan

Contoh Karya

Kategori Proyek

kerjasama_kolaborasi

Deskripsi Proyek

Project ini bertujuan untuk memperkuat kapasitas dan kerjasama perempuan muda usia 17 - 25 tahun untuk melakukan advokasi bagi penghapusan segala bentuk kekerasan yang dialami perempuan dan anak baik secara lokal maupun nasional. Kegiatan utamanya adalah " 3-hari story telling workshop" dimana peserta mendapat kesempatan berbagi pengalaman pribadi yang terkait dengan ketidakadilan sosial yang mereka rasakan selama ini dan mengidentifikasi bersama secara kritis kasus-kasus kekerasan yang dialami perempuan dan anak dilingkungan mereka yang sifatnya sistemik. Hasil dari story telling ini kemudian diterjemahkan dalam bentuk seni pertunjukan berupa Teatrikal Puisi dan Drama yang akan ditampilkan ke publik dalam kegiatan "1/2-hari talkshow" yang dihadiri 100 orang. Project ini melibatkan 100 perempuan muda yang menunjukkan potensi kepemimpinan dan bakat dalam menulis dan seni pertunjukan sebagai peserta. Sebanyak 20 peserta akan direkrut untuk pelaksanaan kegiatan di 5 lokasi proyek. Dalam pelaksanaannya, project ini akan bekerjasama dengan komunitas alumni program Non Violent Study Circles / Gen Peace: We are the Change! / Youth Coalition for Sustainable Peace yang tergabung dalam jaringan Indonesia Non Violent Study Circles Network (INVSCN), komunitas lokal fokus bidang seni dan literasi, Indonesia Social Justice Network (ISJN), LSM perempuan dan anak dan Universitas setempat baik sebagai panitia ataupun narasumber.

Latar Belakang Proyek

Sejak tahun 2011, Inspiring Development (InDev), LSM lokal yang saya dirikan bersama 2 alumni program IFP-Ford Foundation telah memulai program Non Violent Study Circles (NVSC) sebagai bentuk intervensi terhadap demonstrasi kekerasan di Universitas Pattimura, Ambon, Maluku yang terjadi pada Juli 2011. Dengan misi, "Melestarikan Perdamaian dari Kampus ke Komunitas" program yang saya desain ini telah berkembang ke delapan provinsi dan menghasilkan lebih dari 500 alumni. Para alumni di daerah masing-masing membentuk komunitas lokal yang kemudian tergabung dalam Indonesia Non Violent Study Circles Network. Bersama kami bergerak secara sukarela untuk memastikan keberlanjutan program, dimana peran saya sebagai mentor / advisor dan peran para alumni adalah mengorganisir program untuk generasi berikutnya. Sebagian mereka bahkan telah mampu memfasilitasi sesi-sesi NVSC baik untuk mahasiswa (Gen Peace: We are the Change Project!) maupun siswa SMA (Youth Coalition for Sustainable Peace Project). Kami juga aktif berkolaborasi untuk kegiatan sosial terkait lingkungan (Save Ambon Bay) dan literasi berbasis masyarakat (Taman Baca Keta). Dengan bertambahnya jumlah alumni, khususnya perempuan, saya menyadari sudah saatnya untuk mengembangkan satu divisi khusus yang fokus pada advokasi isu-isu terkait kekerasan terhadap perempuan dan anak, dimulai dengan sikap kritis terhadap pengalaman hidup sebagai perempuan dan empati pada penderitaan orang lain.

Masalah yang Diangkat

Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak tak pernah sepi dari pemberitaan media. Sayangnya, pemberitaan tersebut tidak berkontribusi secara signifikan terhadap penurunan angka kekerasan yang dialami perempuan dan anak tapi justru mengindikasikan sebuah fenomena gunung es. Hal ini karena penyelesaian persoalan tersebut masih sangat kasuistik, dan bahkan beleum tentu terselesaikan tanpa meninggalkan trauma yang mendalam bagi korban atau perbuatan yang berulang oleh pelaku. Untuk menyelesaikan persoalan ini hingga ke akarnya, setiap anggota masyarakat terutama kaum terdidik harus bergerak bersama, bersinergi, melakukan advokasi bagi penghidupan tanpa kekerasan bagi perempuan dan anak, baik langsung, terstruktur, ataupun budaya. Namun bukanlah kasus langka, jika mereka yang terdidik juga terjebak dalam budaya kekerasan baik sebagai pelaku maupun korban, sehingga kekerasan begitu mudah ditemukan dalam kehidupan rumah tangga sampai dengan institusi pendidikan, tak terkecuali pendidikan tinggi, yang harusnya menjadi tempat paling aman bagi perempuan dan anak untuk berkembang. Proyek ini mendasari pada teori Paulo Freire tentang aksi dialogis untuk pembebasan, dimana transformasi hanya akan terjadi jika ada proses refleksi dan aksi berkelanjutan (praksis), yang dilakukan dengan prinsip hubungan yang sejajar, berlandaskan cinta dan kepercayaan. Dalam hal ini sesama perempuan, sebagai kaum ditindas mempunyai dua kewajiban berat yaitu memerdekakan dirinya dan penindas dari kezaliman yang menggerogoti peradaban manusia.

Indikator Sukses

1. Terlaksananya kegiatan "3-hari story telling workshop" di lima lokasi proyek yang diikuti secara aktif oleh 100 peserta yang tergabung dalam jaringan Indonesia Non Violent Study Circles Network (INVSCN) dan "Talkshow and Arts Performance" yang dihadiri 100 orang termasuk peserta, panitia, dan praktisi dan akademisi yang giat mengadvokasi hak-hak perempuan dan anak melalui media tulisan dan seni sebagai nara sumber. 2. Meningkatnya kesadaran kritis peserta dan masyarakat akan pentingnya pengakuan atas hak-hak perempuan dan anak untuk menjadi manusia seutuhnya. 3. Terlaksananya aksi pertunjukan teatrikal yang ditampilkan oleh peserta di ruang publik berupa tindak lanjut dari hasil kegiatan WS story telling, sebagai bagian dari proses penyadaran kritis masyarakat untuk aktif mendukung segala upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak. 4. Terbentuknya jaringan nasional khusus perempuan "Woman Study Circle Network: Be Heard!" dengan rencana strategis dan aksi yang disusun bersama oleh peserta sebagai upaya advokasi bagi penghapusan kekerasan perempuan dan anak secara berkelanjutan. 5. Adanya koleksi tulisan tentang kekerasan perempuan dan anak hasil karya peserta yang dibukukan dalam bentuk e-book.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.321 Juta

Durasi Proyek

9 bulan