594 - Benih Warisan u/ Kehidupan yang Lebih Baik

Nama Inisiator

Nisya Saadah

Bidang Seni

lainnya

Pengalaman

8 tahun

Contoh Karya

Karya Pesantren Ekologi Pebruari 2018-pdf.pdf

Kategori Proyek

akses

Deskripsi Proyek

Seed Art, awal pengenalan agroekologi bagi petani pemuda di Pesantren AthThaariq Kemandirian” dan “Solidaritas” menjadi dua kata yang maknanya makin hilang, bersama ketergantungan yang tinggi terhadap pasar dan individualisme, yang menjadi pertanda menguatnya cengkaram kapitalisme terhadap bangsa ini. Produksi dan Konsumsi kita porak poranda. diberbagai tempat, kita menghadapi krisis air, pangan bersamaan dengan alih fungsi lahan-lahan pangan dan rusaknya sumber air, akibat pilihan ekonomi ekstraksi berskala besar. Pilihan ini menggusur lahan-lahan petani, keragaman hayati – termasuk benih-benih warisan leluhur. Konsumsi kita juga diserahkan sepenuhnya pada Mekanisme Pasar, ujungnya untuk mendapat keuntungan sebesar-besarnya. Mereka menyediakan pangan dalam jumlah besar hasil menumbuhkan benih-benih rekayasa genetik, bahkan mengkonsumsi begitu banyak produk kimia. Hibridisasi menghasilkan benih unggul yang justru membuat petani makin tergantung terhadap benih, pupuk kimia dan pestisida. Salah satu pintu hancurnya pangan lokal adalah langka-hilangnya benih-benih warisan/heirloom. Saat ini, untuk menanam kita harus membeli benih pabrikan hibrid, hanya bisa satu kali tanam. Benih lokal makin terpinggirkan, jikapun ada hasil rekayasa genetik, yang memusnahkan indukan aslinya. Solusinya adalah dengan kembali ke sistem Agroekologi, metode ini telah menjadi dasar ilmiah dari praktik pertanian di dunia pada masa lalu. Agroekologi, filosofi untuk menikmati makanan edibles yang dihasilkan alam pada saat bersamaan, menerapkan agroekologi memungkinkan berkembangnya keanekaragamanhayati.

Latar Belakang Proyek

Sejak 2008, Pesantren Ekologi mengedepankan aktivitas pertanian sebagai basis pendidikannya. Hidup pada 10.000m2 tanah, dibagi tiga zona, seed saving area, pangan, peternakan ikan/unggas, pemukiman, mampu menghidupi 30 orang, tidak boleh lebih. Santri santri sekolah formal diluar, berusia SMP, SMA, dan mahasiswa, mereka pulang dan mondok di Pesantren AthThaariq, setiap hari mengaji, pada Sabtu, Minggu, libur nasional belajar penuh di kebun dan beternak. Pertanian yang dikembangkan nyaris tidak pernah gagal panen. Kualitas panenan tergolong bermutu. Begitu pula produksi benih. Agroekologi adalah sistem yang memanfaatkan keragaman hayati untuk mendukung pertanian. Seperti, untuk melawan hama tikus, membiarkan predator seperti ular untuk berkembang di lingkungan pesantren. Pula ditanam berbagai keanekaragaman tanaman, otomatis akan saling melindungi dan menguatkan, ekosistem dilahan pertanianpun tetap terjaga. Tidak membeli pupuk, menihilkan kimia. Pupuk kebun dari kotoran hewan, daun kering, rumput yang dibusukkan, dan sisa sampah dapur. Mengembangkan open pollinated organic seed, labu botol/labu air, bayam paris/rambat, kenikir, baligo, tomat cherry merah/terendel/kembang, sorgum, rosela merah/rosela hitam, oyong. padi ciherang/padi rojolele/padi sarinah/padi sanggarung/padi Panawuan, Cabe japlak/Cabe gunung/cengek domba/cabai bali. Kualitas beras sangat baik, benih dicampurkan, ditebar bersama. Dari hasil pertanian itulah bahan pangan Pesantren Ath Thaariq bersumber, tidak pernah risau ketika harga cabai tinggi, tidak takut kekurangan beras.

Masalah yang Diangkat

Agroekologi membantu kita memahami dan memelihara siklus mineral vital, proses biologis, transformasi energi, dan hubungan sosial ekonomi secara terpadu. Strategi pertanian yang dijalin di sekitar prinsip-prinsip agroekologi melihat kekhususan geografis dan sosioekonomi lokal, kekhususan lingkungan dan budaya, dan mematuhi tradisi masyarakat, seperti kebiasaan makan, perayaan dan nilai etis dan estetika (Singh et al 2014), lokalitas yang diutamakan. Sistem Agroforestri, Pertanian Campuran / Polliculture. Tutupan Tanaman, Rotasi Tanaman dan Ternak. Dengan Agroekologi, kita akan mendapat solusi untuk : Biaya produksi pertanian yang tinggi. Peningkatan penggunaan pupuk kimia. Meningkatnya kehilangan varietas tanaman lokal. Meningkatnya kehilangan keanekaragaman hayati. Meningkatnya pertumbuhan hama tanaman. Hancurnya mikro organisme didalam tanah. Menurunnya kualitas makanan. Berkurangnya kekebalan tubuh. Hilangnya pengetahuan pengetahuan lokal. Terancamnya kaderisasi petani. Tantangan untuk memberi makan sembilan miliar orang pada tahun 2050 dapat dipenuhi tanpa masalah dengan kembali ke metode agroekologi untuk meningkatkan hasil gizi dan mengurangi dampak lingkungan dan mengatasi pemborosan / kehilangan makanan pada tahap yang berbeda dari pertanian ke meja vis-a-vis Market, serta akses untuk peternakan keluarga kecil. Praktek agroekologi meningkatkan produksi kesuburan pertanian. Petani miskin menyebutnya "pabrik pupuk di sawah." Praktik ini mengurangi ketergantungan petani terhadap input eksternal dan subsidi negara. Hal ini, pada gilirannya, membuat petani kecil yang rentan tidak bergantung pada pemodal

Indikator Sukses

Mempunyai model pertanian dengan sistem AgroEkologi, Mempunyai kurikulum pendidikan agroekologi, Telah terbangun terminal benih, Telah terbangun pengolahan pasca panen yang dibuat untuk operasional lembaga Menjadi pusat pembelajaran Agro Ekologi di Indonesia Menginisiasi jejaring gerakan Agro Ekologi di Indonesia

Dana yang Dibutuhkan

Rp.300 Juta

Durasi Proyek

9 bulan