565 - Perempuan Sunda Melintas Zaman

Nama Inisiator

Betta Anugrah Setiani

Bidang Seni

penelitian

Pengalaman

2012-2016 mendirikan komunitas literasi bernama ARTERI, 3 tahun menggeluti bidding penelitian sastra (kritik sastra), 2 tahun terakhir mengasuh sebuah komunitas pertunjukan untuk perempuan bernama Perempuan Puisi.

Contoh Karya

Kategori Proyek

perjalanan

Deskripsi Proyek

Proyek ini akan dimulai dengan proses kreatif sekelompok perempuan yang biasanya bergerak di kegiatan pertunjukan/apresiasi puisi, kini bertindak sebagai tokoh-tokoh dalam sebuah pementasan teater. Proses produksi pementasan tidak hanya melibatkan perempuan, tetapi juga laki-laki. Hal ini kami pilih sebagai salah satu strategi peleburan stigma. Bahwa tema yang diusung pada pementasan nanti yang merupakan tema kesetaraan gender juga adalah urusan besar bagi laki-laki. Tema ini kami pilih berdasarkan masalah yang melatarbelakangi, betapa isu kesetaraan gender dan ism keberagaman adalah isu yang tak pernah habis dibahas. Isu tersebut telah menjadi isu yang urgen untuk menjadi percatan banyak pihak. Pergeseran zaman juga dinilai menjadi salah satu faktor atau fondasi bergesernya peran/posisi perempuan di masyarakat. Satu contoh di masyarakat Sunda yang menganut prinsip hidup Tritangtu, yang sebenarnya memosisikan perempuan begitu agung dan terhormat. Begitu pula dengan masyarakat di wilayah Indonesia laina yang mungkin memiliki nilai-nilai tradisi yang baik, namun kini telah beralih 180 derajat. Kini, perempuan kerap dinomorduakan pada persoalan-persoalan publik. Bahkan tak sedikit, perempuan sendirilah yang menulis atau menunjukan pelemahan pada dirinya yang membuat orang lain menjadi terus bersikap merugikan perempuan. Misalnya dalam karya-karya tulis beberapa penulis perempuan di Jawa. Meski demikian, konstruksi gender tetap menghendaki perubahan paradigma dan perilaku lebih baik.

Latar Belakang Proyek

Dalam masyarakat Sunda kuno, perempuan memiliki posisi yang penting, subjek yang memberi kehidupan. Ia bukanlah sosok pelengkap bahkan sosok yang marjinal. Hal ini tercermin pada kosmologi Sunda yang memperlihatkan betapa pentingnya posisi perempuan dalam masyarakat Sunda lama. Kosmologi Sunda mengenal asas tritangtu (atau kesatuan tiga). Dalam kosmologi Sunda (tritangtu), perempuan berada pada dunia atas, sedangkan laki-laki berada di dunia bawah. Dunia tengah inilah yang mempertemukan atau menghubungkan keduanya. Kemudian dalam perkawinan tersebut menghasilkan eksistensi yang ketiga, yakni “anak”. Lanjutnya, “anak” merupakan dunia yang mengandung unsur perempuan dan laki-laki. Adapun konsep kesetaraan gender masyarakat Sunda berbeda dengan masyarakat Eropa. Konsep kesetaraan gender yang tumbuh di masyarakat Sunda berporos pada budaya. Isu terkait perempuan juga merambah dari tingginya kasus kekerasan terhadap perempuan. Data yang turut menjadi keprihatinan dari BPKK DPW PKS Provinsi Jawa Barat, tercatat sepanjang tahun 2016 yang dihimpun Komnas Perempuan, 13.602 kasus kekerasan terjadi terhadap perempuan di Indonesia. Provinsi Jawa Barat sendiri berada dalam urutan ketiga sebanyak 1.377 kasus. Jika karya sastra adalah produk budaya dan representasi dari realitas, realitas perempuan Sunda kuno dapat dilihat pada karya-karya sastra lama. Peran perempuan dalam masyarakat Sunda sangat penting. Hal tersebut terlihat dari munculnya tokoh perempuan dalam sejumlah folklor, karya sastra, dan film.

Masalah yang Diangkat

Dalam permasalahan ini, ada dua hal yang bisa dilihat, yakni (1) eksisnya perempuan dalam kosmologi Sunda dan (2) seimbangnya kedudukan perempuan dan laki-laki dalam kosmologi Sunda. Oleh sebab itu, dalam konstalasi budaya Sunda, perempuan bukanlah subjek yang subordinat dan inferior. Ia memiliki kedudukan yang sama dan memiliki daya yang sama dengan laki-laki. Dari folklor dan naskah filologi yang ditulis oleh perempuan Jawa Barat, mayoritas terlihat bagaimana perempuan Sunda kuno memiliki citra yang baik, posisi yang terhormat, dan setara dengan laki-laki. Namun, seiring berjalannya waktu, Sunda telah banyak berinteraksi dengan Islam, modernitas, budaya Barat, termasuk budaya patriarkat. Ini menyebabkan terjadi dinamika atau perubahan tertentu dalam budaya Sunda itu sendiri. Pada periode tertentu (sekurang-kurangnya 1980-an) perempuan Sunda tidak lagi memiliki akses sebebas laki-laki. Perempuan Sunda sangat dibatasi untuk tidak berhubungan dengan dunia luar. Ia hanya bisa mendominasi ruang domestik saja. Faktor budaya patriarkat yang mulai masuk ke dalam kebudayaan Sunda. Melalui dua model penjajahanlah budaya itu masuk. Penjajahan yang pertama ialah penjajahan Belanda dan Jepang. Penjajahan tersebut telah mengubah pola pikir orang Sunda sedemikian rupa. Sunda yang sebelumnya menjunjung tinggi perempuan tergerus budaya asing yang menempatkan perempuan lebih rendah dari laki-laki. Penjajahan yang kedua ialah penjajahan Mataram terhadap kultur dan politik Sunda.

Indikator Sukses

- Adanya peningkatan kapasitas anggota komunitas perempuan dalam berkarya. - Mampu mewujudkan eksistensi dalam bentuk karya pertunjukan di ruang publik. - Adanya dokumentasi studi lintas budaya dalam bentuk film dokumenter. - Tersampaikannya isu yang diangkat dalam karya pertunjukan kepada sebanyak 10.000 penonton meliputi komunitas lokal, kelompok perempuan, pelajar, dan pemerintah daerah-nasional.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.607 Juta

Durasi Proyek

9 bulan