563 - Teater untuk Napi Perempuan: Cara Merdeka dari Balik Jeruji

Nama Inisiator

IRMALASARI S.

Bidang Seni

seni_pertunjukan

Pengalaman

Baru memulai

Contoh Karya

Kategori Proyek

kerjasama_kolaborasi

Deskripsi Proyek

Dalam mengarungi kehidupan, perempuan dilahirkn dengan berbagai fenomena tersendiri. Perempuan menjalani hidup normal saja, sudah sedemikian banyaknya masalah yang harus dihadapi. Apalagi jika harus mendekam dalam jeruji besi akibat vonis pengadilan atas kesalahan yang telah dilakukan. Bisa saya membayangkan betapa mengerikannya kehidupan yang harus mereka jalani. Mendapatkan sematan sebagai narapidana perempuan, tentu akan banyak lagi tumpukan beban yang harus ditanggunggungnya. Dari sinilah saya ingin sekali membuat mereka jadi lebih mendapat perhatian memalui program Pertunjukan Teater bagi narapidana perempuan. Saya ingin dengan melalui media teater, mereka bisa lebih percaya diri, bisa mengatasi beban psikologi mereka, baik saat masih menjalani hukuman, maupun ketika sudh kembali ke masyarakat. Lewat teater pula, saya ingin mereka belajar mengambil hikmah atas kesalahan yang terlanjur mereka lakukan, dan bisa terhindar dari kesalahan yang terulang. Teater pada kenyataan yang saya tahu, bisa menjadi terapi atas trauma, bisa menjadi media penyembuhan atas beban psikis, sekaligus menjadi ajang untuk membangun kembali rasa percaya diri yang sudah terlanjur rontok. Lewat pertunjukan teater pula bisa menjadi media penyampaian hak-hak, kontrol, masukan atas berbagai hal yang seharusnya kepada pihak-pihak yang berwenang atas diri para narapidana.

Latar Belakang Proyek

Saya pernah mendampingi senior saya melatih teater bagi penghuni rutan di Kabupaten Sinjai. Pada saat itu di benak saya akan menyaksikan napi (laki-laki dan perempuan) akan berlatih teater, Luar biasa gumam saya. Namun pada kenyataannya, hanya narapidana laki-laki saja. Mengapa napi perempuan tidak diikut sertakan? Mereka hanya menjadi penonton di balik jeruji, mengintip-intip napi laki-laki itu berlatih teater. Pada saat itulah muncul praduga-praduga atau asumsi-asumsi saya terhadap narapidana perempuan. Mengapa perempuan dibatasi ruang gerak dan kreatifitasnya? Saya melihat sepintas jika kebanyakan (kalau bukan semua) pegawai rutan berjenis kelamin laki-laki, sementara di rutan itu ada beberapa juga narapidana perempuan. Tentu pelayanan terhadap mereka (para narapidana perempuan) tidak akan maksimal. Selanjutnya kebanyakan program pembinaan para narapidana, lebih banyak kepada narapidana laki-laki, sementara narapidana wanita lebih dibatasi ruang geraknya. Kalaupun ada program-program yang menyentuh mereka, kebanyakan hanya tentang keterampilan wanita seperti menjahit misalnya. Lalu apakah semua wanita akan senang, atau memerlukan program itu? Kalaupun ada program-program keagamaan, hanya seputar ceramah-ceramah. Maka melalui program Pertunjukan Teater untuk Narapidana Perempuan, saya ingin sekali melakukan hal-hal yang kelihatan santai tetapi memiliki efek positif yang signifikan terhadap mereka.

Masalah yang Diangkat

Program Pertunjukan Teater untuk Narapidana akan saya mulai dari riset awal tentang berbagai hal yang berhubungan narapidana perempuan. Melalui riset itu dilakukan dengan pendokumentasian dalam bentuk foto, tulisan dan video. Hasil pendokumentasian foto nantinya berujung pada pameran foto, dan tulisan akan menjadi buku, sementara video akan menjadi film dokumenter. Dari hasil riset inilah kemudian akan dianalisis untuk menemukan berbagai masalah yang mereka hadapi, harapan-harapan, dan solusi-solusinya juga tentunya. Hasil analisis inilah kemudian nantinya akan digarap menjadi naskah drama yang akan disusun tim dan tentu saja melibatkan para narapidana perempuan. Hasil naskah drama itulah nantinya yang akan digarap menjadi pertunjukan teater. Setiap proses dalam berlatih, tetap juga akan didokumentasikan dalam bentuk foto, tulisan dan video. Hasil dokumentasi itu juga akan ditonton setiap saat untuk bahan diskusi, sekaligus akan menjadi bahan kontrol perkembangan atau capaian-capaian yang dialami oleh para narapidana. Pada saat puncak acara atau pada saat pertunjukan, semua proses akan diputar kembali sebagai dokumenter, foto-foto rekam proses akan dipamerkan, dan juga bukunya juga sudah selesai dicetak untuk kemudian dilounching juga pada saat acara berlangsung.

Indikator Sukses

Proyek ini saya yakin bisa terealisasi dengan baik, sebab program ini sudah pernah dilakukan untuk napi pria. Pelaksanaan proyek ini juga akan bekerjasama dengan pihak terkait dan berkolaborasi dengan tim yang berpengalaman di bidangnya.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.150 Juta

Durasi Proyek

9 bulan