538 - Rumah Karya "Rumoh Kana"

Nama Inisiator

Dhany Anastasia

Bidang Seni

seni_pertunjukan

Pengalaman

Di sabang baru sekitar 4 tahun lebih, (sebelumnya di Makassar, Jakarta, Solo dan Ambon)

Contoh Karya

untuk media cipta.zip

Kategori Proyek

akses

Deskripsi Proyek

Ruang Karya “Rumoh Kana” diangkat dari padanan kata Rumoh (Bahasa Aceh berarti rumah), dan Kana (Bahasa Aceh berarti Sudah Ada), sehingga “Rumoh Kana” diartikan sebagai rumah (ruang menciptakan karya) yang telah ada. Ruang Karya “Rumoh Kana” ini rencananya akan dibuat dalam bentuk rumah panggung dengan stuktur kerangka baja, yang menyerap gaya rumah Aceh (khas Aceh). Dimana nantinya akan terdiri dari Kolong (ruang bawah tanpa dinding), Lantai pertama berukuran 12 x 8 meter terdiri dari ruang latihan dan Ruang Rias, serta Lantai dua yang merupakan ruang galeri terbuka berukuran 5 x 8 meter. Dimana lantainya berbahan dasar kayu, dindingnya terbuat dari partisi kaca dan campuran material berupa alumunium yang tahan akan perubahan cuaca, serta atapnya terbuat dari bahan seng campuran. Adapun kerangka baja dipilih sebagai material dasar bangunan ini, hal ini dikarenakan Sabang merupakan Pulau yang rentan terjadinya gempa, dengan kondisi perubahan cuaca yang ekstrim. Bentuk bangunan ini dibuat dengan stuktur yang sederhana mungkin, agar memaksimalkan penggunaan ruang dan fungsinya. Bangunan ini nantinya akan di gunakan sebagai tempat latihan rutin, workshop, diskusi serta pentas kecil di Desa Balohan dan sekitarnya. Besar kemungkinan juga akan menjadi sentra pergerakan kesenian khusus bagi masyarakat pesisir daerah seputaran pelabuhan dan teluk Desa Balohan.

Latar Belakang Proyek

Konsep ruang karya “Rumoh Kana” ini hadir dilatar belakangi oleh kesulitan saya mendapatkan ruang berkarya baik itu untuk latihan rutin, diskusi pengkaryaan, maupun workshop kepada team produksi Kana Art (Komunitas yang saya dirikan sejak tahun 2013). Komunitas ini mulanya hanya bergelut pada tari khas aceh yang hanya sekitar 2 tari saja, namun seiring waktu berjalan kemudian melahirkan beberapa tarian lain yang bernuansa Nusantara. Tidak hanya di bidang tari, kemudian Kana Art perlahan mulai membuka divisi lain, seperti sastra, teater, fotografi dan cinematografi. Kana Art juga seringkali diberi kesempatan berpartisipasi menyukseskan beberapa event penting di Kota Sabang. Seiring dengan bertambah kegiatan serta bertambahnya divisi baru, maka lokasi latihan yang ada saat ini tidak mencukupi lagi (serambi depan rumah milik mertua). Hingga saat ini belum ada tempat yang representatif yang dapat saya gunakan, namun jika tetap memaksakan menggunakan fasilitas desa yang khusus untuk kegiatan Adat dan keagamaan saja, maka rentan terjadi konflik dan akan berdampak negatif. Jika saya membutuhkan tempat yang sedikit luas dan layak untuk berlatih, saya menggunakan ruang publik yang ada di Kota (jarak tempuh-nya cukup jauh dengan medan yang berat). Namun jika tidak, saya tetap menggunakan ruang pengajian yang ada dirumah secukupnya dengan segala keterbatasan.

Masalah yang Diangkat

Masalah yang saya angkat adalah adanya deskriminasi dan keterasingan yang dialami anak-anak khususnya remaja perempuan di Desa Balohan. Dimana mereka yang tidak memiliki materi pendukung dalam mengaktualisasikan dirinya dibidang kesenian (Ruang karya untuk aktualisasi diri). Latar belakang orang tua mereka adalah nelayan, kuli angkut pelabuhan, kuli bangunan, berkebun, pemetik cengkeh (menengah kebawah). Hal ini akan menyulitkan karena orangtua mereka juga harus berkerja, bahkan jika ada hal yang amat penting, harus membantu orang tuanya berdagang, berkebun, melaut dan megerjakan tugas lainnya sehari-hari demi membantu mencukupi kebutuhan keluarga. Tentu saja waktu mereka habis dalam perjalanan, apalagi tidak semua keluarga memiliki motor (kenderaan) untuk menempuh perjalanan ke Kota. Terlebih lagi resiko yang mungkin akan dihadapi (babi melintas, biawak, dll), apalagi jika harus pulang latihan agak larut malam. Apabila Desa Balohan memiliki ruang pendukung pengkaryaan yang representatif dibidang seni (khususnya tari), saya yakin tidak hanya akan berfungsi sebagai tempat latihan saja namun juga dapat membangun dan mengembangkan diri mereka. Oleh karena itu, ruang untuk berkarya dan mengkoodinir program kerja Kana Art sangat kami butuhkan demi memudahkan mereka, agar bisa tetap melaksanakan kegiatan kesehariannya sembari tetap berkarya bersama dan tetap dapat membantu orantua serta mengerjakan tugas lainnya dalam mendukung perekonomian keluarga.

Indikator Sukses

Ruang Karya "Rumoh Kana" dinyatakan sukses jika ruang ini nantinya tidak hanya berfungsi sebagai tempat latihan melainkan juga sebagai awal mula lahirnya beberapa karya yang layak untuk dipentaskan di Kota Sabang dan dimana saja. tentu saja disusul dengan adanya program berkelanjutan yang dapat membangun kreatifitas dan inofasi remaja Desa Balohan dan sekitarnya.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.395 Juta

Durasi Proyek

3 bulan