491 - BANDAN: Kolaborasi Seni Perempuan

Nama Inisiator

Nur Hanifah

Bidang Seni

seni_rupa

Pengalaman

3 tahun

Contoh Karya

Nur Hanifah - Bandan.rar

Kategori Proyek

kerjasama_kolaborasi

Deskripsi Proyek

Kolonialisme adalah bentuk paling banal dari maskulinitas. Soal ini sesungguhnya lupa dipahami dan dimaknai secara kritis. Pulau Banda, kebudayaannya, dan pala adalah media yang sahih untuk mendiskusikan maskulinitas kolonial, karena dalam konteks maskulinitas itu maka obyeknya dimaknai secara feminin. Selain itu sejarah dan cara memaknainya bersifat maskulin dan bias gender. Saya akan membuat batik cap, masing berupa bentuk pala, cengkeh, potret Jan Pieter Zoen Coen, Benteng Nassau, tentara bayaran Jepang, kapal VOC, Simbol VOC, pembantaian 1621, dan bentuk Pulau Banda. Sembilan bentuk itu merupakan ikon yang berkaitan dengan sejarah Pulau Banda. Cap batik ikon Banda dibuat dengan gaya dan persepsi individual saya. Batik cap Bandan ini nantinya akan dipamerkan. Saya juga akan membuka workshop dengan cap batik Bandan yang terbuka untuk umum. Selain itu juga akan membuat pertunjukan kolaborasi tari dan visual multimedia. ‘Banda’ juga bisa dibaca /bondo/, dalam bahasa Jawa berarti diikat dengan tali dengan tujuan untuk dihukum. Tujuan dari koreografi adalah menunjukan ke sembilan ikon itulah yang memberi berkah bagi bangsa Barat tapi memberi hukuman bagi pemilik buah pala. Koreografi juga diamanatkan secara kritis membaca stereotype gerak maskulin dan feminin. Kerja kolaborasi antara seniman visual dan tari diharapkan dapat memberi ruang dialog baru antar disiplin seni.

Latar Belakang Proyek

Batik adalah sebuah bentuk seni gambar yang dikembangkan di Nusantara sejak ratusan tahun. Teknik gambar yang berupa garis, titik, dan blabaran ini berkembang luas di nusantara. Masing-masing tumbuh dengan ciri sendiri-sendiri. Gambar sendiri adalah bahasa visual saya. Saya menyukai gambar hitam putih karena jujur sehingga saya bisa mengeksplorasi tema secara lebih dalam. 2 tahun terakhir ini saya bekerja dengan tema sejarah. Saya tertarik mengulik tentang asal mula kolonialisme dan mempelajari Pulau Banda. Banda seperti kita ketahui bersama adalah asal buah yang menjadi pemicu kolonialisme; Pala. Buah pala inilah yang menyebabkan ribuan orang mati, diperdagangkan sebagai budak, puluhan kerajaan runtuh, dan jutaan orang mendapatkan kekayaan. Pala, yang waktu itu bernilai lebih dari emas adalah berkah sekaligus kutukan. Awal tahun 1621 terjadilah genosida yang dipimpin oleh Jan Pieter Coen, Gubernur Jendral VOC saat itu. Berbagai sumber menyebutkan bagaimana JP Coen telah memerintahkan pemusnahan massal terhadap warga asli Banda. Oleh karena itu sebagai anak muda yang memahami pentingnya nilai buah pala, sebagai pemicu kolonialisme, saya memandang perlu untuk menciptakan sebuah bentuk visual dan media peformatif untuk mengingatnya. Sebagai seniman visual maka ketika mencari ikatan antara visual dan pertunjukkan maka saya menemukannya pada kain batik; pada busananya.

Masalah yang Diangkat

Proyek seni ini mencoba melihat dua hal besar yaitu maskulinitas kolonial dan sejarah dari sudut pandang feminin; seniman perempuan, pala, kebudayaan korban, dan kain batik.

Indikator Sukses

1)Semua rencana terlaksana sesuai waktu 2)Melibatkan sebanyak mungkin seniman perempuan 3)Semua seniman perempuan yang terlibat bisa membuat diskripsi kritis tentang isu kolonialisme dan feminisme 4)Mempertautkan berbagai disiplin seni secara sejajar

Dana yang Dibutuhkan

Rp.133 Juta

Durasi Proyek

8 bulan