479 - Wadah Kreasi Seni Budaya Perempuan Halmahera

Nama Inisiator

Nursailing Hi.Ali

Bidang Seni

lainnya

Pengalaman

Baru mulai

Contoh Karya

Menganyam.jpg

Kategori Proyek

kerjasama_kolaborasi

Deskripsi Proyek

(1) Membuatan Rumah kreatif seni budaya desa pesisir Halmahera, direncanakan berbentuk layaknya rumah penduduk setempat yang domisasi bahan papan kayu dan beratap daun katu (daun rumbia). Hal ini merupakan bentuk pelestarian rumah peninggalan leluruh yang sekarang sudah bergeser menggunakan beton. (2) Pengadaan perlengkapan rumah seni dan kreasi, adalah perlengkapan yang paling dibutuhkan terlebih dahulu, seperti buku seni budaya, karya sastra dan kreasi. Juga perlengkapan belajar menganyam dan menari, sertia media dan alat pendukung lainnya. (3) Pelatihan/belajar menganyam dan menari, bentuk kegiatan ini adalah memediasi antara orang tua di desa yang masih mahir menganyam untuk mengajari para ibu-ibu dan remaja. Begitu pula dengan menari. Hasil dari aktivitas ini kemudian dirangkum dalam (4) pentas seni budaya dan kreasi kampung, yang bertujuan untuk merayakan keberagaman dan terus memberikan stimulus rasa percaya diri serta menjadi inspirasi untuk mengeksplor ekspresi-ekspresi seni yang masih tersimpan dalam diri perempuan di desa pesisir Halmahera. Seluruh rangkaian kegiatan dilakukan dengan prinsip gotong-royong dan terkoordinir oleh tim proyek. Tahap akhir, setiap proses pengerjaan proyek didokumentasikan dalam bentuk video dan di-share ke media-media sosial.

Latar Belakang Proyek

Minimnya partisipasi dalam aktifitas sosial, pernikahan dini dan putus sekolah menjadi pandangan yang wajar di desa. Kebiasaan inilah yang menjadikan perempuan yang mungkin memiliki potensi seni dan kretifitas lain tidak nampak. Selain itu, akses atau wadah untuk mengasah kreatifitas perempuan dalam bidang seni budaya tidak tersedia di desa. Hal ini terlihat pada seni kerajinan tangan yang diwariskan turun-temurun seperti anyaman mulai pudar, dikarenakan tidak adanya upaya pelestarian yang dilakukan. Berjalannya waktu kreatifitas seni yang perempuan lakoni seperti membuat anyaman tersebut (tikar,nyiru, dan alat-alat rumah tangga lainnya) yang bahannya berasal dari alam, mulai terganti dengan peralatan yang diproduksi pabrik. Padahal, harusnya menjadi kekayaan lokal yang tinggi nilai dan harus dipertahankan kearifannya. Adapula tarian daerah seperti togal (salah satu tarian traisional maluku utara yang ada nyanyiannya) sudah jarang dilakukan di desa saya, padahal sebuah desa kecamatan yang kondisinya jauh dari kota dan terpinggirkan, dengan akses jalan, jaringan komunikasi dan informasi yang memprihatinkan. Begitu pula dengan kondisi desa yang beragam suku dan agama menjadikan desa ini sering terjadi konflik antarwarga khususnya pemuda, sehingga upaya-upaya memupuk kebersamaan dan pemanfaatan ruang kreatifitas yang positif dan bernilai seni menjadi hal yang sangat dibutuhkan.

Masalah yang Diangkat

Tidak adanya wadah untuk mengasah, mengajari dan memberi pengetahuan tentang seni budaya dikhawatirkan ketidaktahuan dan hilangnya kecintaan terhadap seni budaya lokal bagi generasi muda. Masalah ini sudah terlihat pada aktivitas perempuan baik dikalangan ibu-ibu mapaun remaja. Khususnya kerajinan anyaman yang tidak lagi diajarkan kepada perempuan, padahal masih ada beberapa perempuan (berusia lanjut) yang mengetahui dan kadang membuatnya. Sangat disayangkan, karena kegiatan ini juga sebuah pemberdayaan yang dapat membantu kebutuhan ekonomi dan tinggi nilai kebersaaman dan kekeluargaan. Hal serupa terjadi dengan tarian togal dan tarian tradisional lainnya, belakangan sudah jarang dipelajari/diajarkan sehingga sangat kaku dan ketidakpercayaan diri bila ditampilkan. Yang demikian ini berdampak juga pada pergeseran budaya yang sebelumnya tarian ini menjadi khas dalam perayaan seperti nikahan atau perayaan lainnya, kini jarang ditemui. Sedangkan pertunjukan ataupun pentas seni di desa, jarang dilakukan sehingga memperluas ketidaktahuan seni budaya lokal maupun nasional. Keberagaman suku dan agama di desa ini sukses membuat jarak yang nyata pada keterbauran kegiatan sosial pasca kerusuhan antara agama tahun 1999/2000 di Maluku, membuat semangat kebersaman dan gotong royong di kalangan pemuda dan pemudi antar agama semakin randah. Padahal keberagaman suku dan agama harusnya memperkaya ragam seni budaya dalam nuansa pedesaan sebagai bagian dari tubuh bangsa

Indikator Sukses

Tersedianya wadah dan perlatan kratif seni dan budaya, terselenggaranaya Kegiatan peatihan/belajar seni kerajinan dan tarian daerah, pentas seni dan kreasi desa/kampung, serta proyek ini menjadi stimulus dan inspirasi ekspres perempuan-perempuan di desa-desa lain dengan permasalahan yang sama.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.150 Juta

Durasi Proyek

7 bulan