457 - Parampuan Pung Carita #2

Nama Inisiator

Lony Wenyi Radja Haba

Bidang Seni

audiovisual

Pengalaman

7 tahun

Contoh Karya

Ebook_Dokumentasi_PPC_2015_low_resolution3.pdf

Kategori Proyek

akses

Deskripsi Proyek

Saya mewakili SekolahMUSA (Multimedia untu Semua), Kupang. Saya salah satu pengajar perempuan untuk fotografi di SekolahMUSA. SekolahMUSA adalah komunitas wirausaha sosial dengan misi mendorong perubahan sosial lewat multimedia, salah satunya lewat fotografi. Pada Maret 2015, SekolahMUSA melaksanakan Workshop Fotografi dan Pameran Foto Fotografer Perempuan NTT dan kegiatan tersebut berjalan dengan sukses, diikuti oleh 20 orang peserta perempuan dari seluruh NTT. Kegiatan ini bertujuan untuk memberi ruang bagi perempuan untuk menggunakan fotografi untuk menyampaikan pesan visual mereka lewat foto/foto cerita. Dari kesuksesan kegiatan yang kami lakukan pada 2015, dengan tingginya niat para perempuan (termasuk yang bukan berprofesi sebagai fotografer) maka saya dan teman-teman di SekolahMUSA ingin melakukannya sekali lagi, dengan jangkauan yang lebih banyak dan isu foto cerita yang lebih beragam. Agar sekali lagi memberikan ruang bagi perempuan untuk menyerukan ekspresi mereka tentang apa yang mereka lihat dan rasakan. Sekaligus memanfaatkan peluang mudahnya akses teknologi visual berbasis gadget. Yang berbeda di kegiatan “Parampuan Pung Carita #2” adalah kami ingin melibatkan lebih banyak lagi perempuan, tidak harus adalah fotografer (peminat, hobist atau profesional) namun semaksimal mungkin menjangkau perempuan umum dan kelompok rentan (pekerja migran, perempuan berkebutuhan khusus) dengan fokus pada memanfaatkan gadget bergerak (mobile gadget, HP) untuk membuat foto cerita.

Latar Belakang Proyek

Kemajuan Fotografi di kota Kupang dan di NTT dalam 5 tahun terakhir ini sangat pesat. Di Kupang saja sudah lebih dari 10 komunitas fotografi berbasis genre yang berbeda. Kelompok fotografi di NTT berbasis Kabupaten pun tumbuh dengan pesat. Sejak awal berdirinya, SekolahMUSA sudah mengikuti dinamika kelompok-kelompok fotografi di Kupang dan NTT dan menemukan sebuah fakta yang mengganggu: jumlah fotografer perempuan sedikit. Fotografi adalah dunia yang cenderung maskulin, terkait dengan relasinya dengan gender dan sejarah kehadirannya di Indonesia. Ini adalah salah satu asumsi mengapa sedikit saja kaum perempuan yang terlibat menggunakan seni dan medium fotografi untuk menyampaikan pesan: tentang dirinya, orang-orang disekitar dan lingkungannya. Perkembangan medium ini, yang saat ini dikuasai kepentingan industri, iklan, pers dan media (termasuk media online) yang semakin menjerumuskan fotografi bukan sebagai media ungkap yang ekspresif dan personal, tapi sekedar bahasa tutur yang resmi, cantik, sopan dan tentu saja: MASKULIN.

Masalah yang Diangkat

Perempuan adalah salah satu kelompok yang memiliki akses paling rendah terhadap medium fotografi atau sejenisnya. Dalam observasi SekolahMUSA ketika merencanakan kegiatan "Parampuan Pung Carita #1" di 2015, jumlah perempuan fotografer tidak lebih dari 1% di semua komunitas fotografi di NTT. Karena hal itulah tercetus ide untuk memberi ruang bagi fotografer perempuan di NTT untuk mengekspresikan hasil foto mereka. Disisi yang lain, kemajuan teknologi gadget bergerak sudah relatif menjangkau seluruh Kabupaten di Kupang. Pengguna nya pun naik pesat; baik laki-laki dan perempuan. Namun sayangnya, masih belum banyak yang menggunakannya sebagai media penyamaian pesan dan advokasi. Kalaupun ada, masih bersifat entertainment, bukan penyampaian pesan yang berpihak pada masalah sosial tertentu. Saya dan rekan-rekan di SekolahMUSA ingin agar fotografi yang seharusnya adalah medium personal dapat digunakan untuk menumpahkan apresiasi perempuan, tentang berbagai rasa yang hadir dalam hidup mereka: kagum, takjub, sedih, marah, jijik, gembira dan lain sebagainya. Memberikan wadah untuk eksplorasi, bukan sekadar eksploitasi.

Indikator Sukses

Pada akhir proyek minimal 30 orang perempuan dari berbagai latar belakang ikut serta dalam 3 workshop fotografi di 3 tempat dan menghasilkan 30 foto cerita, 3 pameran foto yang menjangkau minimal 300 orang dan di dokumentasikan dalam bentuk buku 50 buku foto.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.149.450 Juta

Durasi Proyek

4 bulan