387 - Ambu

Nama Inisiator

Praditha Blifa Rahayu

Bidang Seni

audiovisual

Pengalaman

3 tahun

Contoh Karya

kumpulan foto riset AMBU.jpg

Kategori Proyek

kerjasama_kolaborasi

Deskripsi Proyek

Film pendek ini bercerita tentang Ibu (Ambu), 35 tahun, seorang buruh pemetik teh yang harus mengalami dilema dan kekhawatiran terbesar saat putri sulungnya, Lilis, 16 tahun, meminta izin untuk bekerja di kampung arab sebagai pejaga toko. Lilis yang baru saja lulus SMP, harus membantu Ambu membiayai adiknya masuk SMP. Bukan rasa bahagia, tetapi penekanan batinlah yang di rasakan Ambu. Perasaan itu datang karna Ambu tahu banyak perempuan disana yang datang untuk di kawin kontrak. Lilis yang optimis untuk bekerja pun semakin memaksakan diri untuk bekerja di kampung arab, dengan terus belajar percakapan bahasa arab, juga terus menelfon seseorang yang menawarinya pekerjaan. Ambu pun semakin tidak yakin dengan Lilis, entah benar menjadi penjaga toko atau menjadi perempuan yang dikhawatirkan. Ambu yang hidup kurang berkecukupan harus dihadapkan oleh kedua himpitan. Himpatan ekonomi, juga himpitan perasaan dalam melepas putrinya, dimana rasa percaya sekan-akan mati oleh kekhawatiran. Gagasan ini lahir sejak awal 2107 dan masih dalam tahap pencarian dana dan pengembangan naskah. Di 2017 proyek ini telah berkesempatan pitching dalam acara CGV Movie Project dan Akatara, Indonesian Film Financing. Cerita ini lahir dari penulis naskah, sutradara, dan produser perempuan yang percaya bahwa film adalah medium efektif untuk menyuarakan isu-isu manusia beserta kehidupannya.

Latar Belakang Proyek

Proyek film Ambu berasal dari keresehan seorang perempuan terhadap kota kelahirannya, Bogor, lebih tepatnya di suatu tempat dengan hamparan kebun teh yang penuh dengan tulisan arab dan turis Timur Tengah, wilayah itu dikenal dengan Kampung Arabyangmulai krisis identitas. Di tengah kesejukannya, ternyata masih menyimpan kisah-kisah ironi, dimana cukup banyak perempuan yang menggantungkan harapannya pada pekerjaan seks yang kemudian beberapa rela dikawin kontrak demi mendapatkan janji kebahagiaan sesaat. Semua itu dilakukan untuk meninggalkan keterbatasan hidup. Di balik kisah-kisah perempuan tersebut, saya mendengar sebuah kisah dari buruh pemetik teh di Cianjur yang selalu khawatir terhadap anak perempuannya bila berkerja jauh dari rumah, karna cukup banyak perempuan disana yang ternyata menjadi wanita malam. Lalu saya berpikir bagaimana perasaan seorang Ibu tersebut? Apa yang mereka alami ? Cerita ini adalah sebuah perwujudan rasa dari seorang ibu yang tidak bisa mengungkapkan segala keresahannya. Berharap nantinya film ini dapat menjadi refleksi atas segala kekhawatiran seorang Ibu dalam melepas anaknya. Bagaimana seorang Ibu dan anak perempuannya dalam mengambil sebuah keputusan, dimana rasa percaya seakan-akan mati oleh kekhawatiran.Ini adalah tentang Ibu yang harus menguburkan semua ketakutannya demi kebahagiaan seorang anak, dan seorang anak yang ingin melepas keterbatasannya demi kehidupan yang lebih layak.

Masalah yang Diangkat

Jumlah remaja di Jawa Barat terhitung banyak, mencapai 11 juta orang pada tahun 2015 dan menurut pendataan jumlah nikah usia dini berdasarkan kesehatan reproduksi di kabupaten Cianjur tahun 2016 untuk perempuan mencapai 343.620. Ironinya adalah terdapat fenomena kawin kontrak di Bogor, Jawa Barat yang telah terjadi sejak tahun 1987 sampai sekarang. Fenomena ini tentunya mengarah pada perempuan-perempuan muda dan Cianjur adalah salah satu kabupaten yang sering disebut sebagai daerah datangnya para wanita kawin kontrak tersebut. Selain itu, dalam film ini juga akan menghadirkan seorang perempuan buruh pemetik teh beserta kehidupannya. Dimana kita tahu, bahwa buruh pemetik teh adalah pekerjaan yang sampai sekarang di dominasi oleh perempuan dan mereka harus membagi dirinya dalam ke dua bagian, pekerjaan dan rumah tangga. Suatu hal yang sudah biasa untuk perempuan di Indonesia dan tentunya selalu menjadi pembahasan di berbagai kalangan. Kedua isu tersebut akan diwakilkan oleh karakter Ambu dan anak perempuannya. Dimana film ini akan dikemas dengan cerita sederhana namun akan meluas kepada isu yang lebih kompleks.

Indikator Sukses

Indikator keberhasilan dari project film ini adalah ketika film ini dapat di putar di daerah dimana isu itu berada, yang korbannya adalah perempuan. Saya ingin sebanyak-banyaknya publik bisa menerima gagasan film ini.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.90 Juta

Durasi Proyek

9 bulan