Kategori Proyek
kerjasama_kolaborasi
Deskripsi Proyek
Ramuan Nenek adalah proyek kolaborasi antara herbalis, ahli botani, penulis dan seniman sketsa. Proyek ini adalah mengangkat tentang ramuan tumbuh-tumbuhan alami dari hutan yang dimasak dengan alami khas Suku Banggai di Kepulauan Labobo, Sulawesi Tengah dalam menyehatkan dan menguatkan perempuan pasca persalinan. Hasil dari pekerjaan ini adalah; 1.) Pameran tumbuh-tumbuhan bahan ramuan dan cara meramunya. 2.) Pengarsipan dalam bentuk buku. Isi buku mencakup resep ramuan, nama-nama tumbuhan, sejarah kecil ramuan tersebut, ilustrasi tumbuhan yang digunakan dalam ramuan, dan ilustrasi cara meramunya. Orang-orang yang terlibat ; peneliti 1 orang, penulis 1 orang, seniman ilustrator satu orang dan kurator.
Latar Belakang Proyek
Nenek saya bernama Damia, sepanjang ingatan saya, dia adalah perempuan yang awet muda dan kuat. Hingga di usia 76 tahun ia masih kuat berkebun, naik turun gunung memikul kayu dan hasil kebun. Sepanjang kehidupannya, ibu saya berkata, nenek tak pernah meminum obat kimia. Beliau merawat rambutnya dengan akar-akaran di hutan, kelapa bakar dan air dari pelepah pisang waktu pagi. Hingga di usia 76 tahun, nenek nyaris tidak memiliki rambut putih. Dia juga menggosok giginya, ketiaknya dengan pasir halus yang berwarna kecokletan dari kuala di desa kami di Kepulauan Labobo, Kab. Banggai Laut, Sulawesi Tengah. Selain itu. nenek memiliki ramuan perawatan untuk perempuan yang baru saja melahirkan. Waktu ibu saya melahirkan saya, nenek pergi ke hutan mengambilkan untuknya. Setelah nenek meninggal ramuan itu diturunkan kepada ibu.Salah satu ramuannya adalah minuman untuk membersihkan darah nifas. Ramuan tersebut ada sekitar enam macam daun, antara lain ; daun kokoa, daun dingin, daun mete, daun luwean, daun kelincahan)-beberapa tumbuhan saya tidak tahu apa nama latin dan bahasa umumnya, sehingga proyek ini membutuhkan ahli botani--mungkin salah satu peneliti di LIPI yang mampu mengindentifikasikannya nama tumbuhannya dalam bahasa latin.
Masalah yang Diangkat
Desember tanggal enam belas pada 2017 lalu, saya baru saja melahirkan putra pertama saya. selama hamil saya tidak meminum obat kimia, dan setelah melahirkan saya meminum ramuan persalinan dari ibu saya. Bagi saya adalah obat-obatan dari tetumbuhan adalah obat yang ramah ibu dan bayi menyusui. produksi air susu saya juga bagus saat meminum ramuan persalinan dari ibu saya yang berupa daun cokelat, daun mete, daun luwean dan daun dingin. Dr Joel Fuhrman mengatakan penemuan obat kimiawi merupakan tragedi terbesar di dunia ini, sedangkan Kumiko Udagawa seorang Apoteker dan pelatih tubuh di Jepang mengatakan, faktanya obat adalah benda "asing" yang merusak tubuh, memang ada beberapa jenis obat yang membantu kondisi penyakit akut, namun katanya, sebagian besar obat bersifat "tidak diminum pun tidak apa-apa." Sebelumnya saya mengenal perempuan yang mengkonsumsi obat-obatan pasca persalinan operasi untuk membuatnya cepat pulih, dia adalah ibu perantau dari Sulawesi di Jakarta yang mengerjakan sendiri pekerjaan rumah. Tujuannya meminum obat itu agar tubuhnya cepat kuat sehingga dia mampu mengerjakan pekerjaan rumah, dampak dari itu, luka operasi melahirkannya memang lekas mengering namun air susunya juga ikut mengering, sehingga dia tidak bisa menyusui anaknya. Pengalamannya ini dia ceritakan pada saya dengan rasa sedih.
Indikator Sukses
Tujuan proyek ini adalah berbagi pengetahuan kesehatan alternatif merawat tubuh perempuan pasca persalinan. Hasil proyeknya dalam bentuk pameran dan buku. Mengingat hal tersebut adalah kebutuhan nyaris semua perempuan ; bagaimana menjadi lekas pulih dengan cara alami pasca melahirkan. Kolaborasi antara kesehatan alternatif dan seni ilustrasi dan konsep pameran yang tradisional bisa jadi mengundang audiens yang beragam, dari ibu rumah tangga, orang tua, hingga remaja.
Dana yang Dibutuhkan
Rp.100 Juta
Durasi Proyek
8 bulan