Kategori Proyek
riset_kajian_kuratorial
Deskripsi Proyek
Kegiatan ini adalah upaya untuk menciptakan sebuah tari sebagai bentuk transformasi tradisi karia yang dijalani perempuan dalam masyarakat Muna. Kegiatan ini melibatkan perempuan sebagai praktisi baik itu sebagai penari dan pamong. Kegiatan ini direncanakan dilakukan pada bulan September sampai dengan Desember 2018, di kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Proses penciptaan kreasi tari ini diawali dengan penamaan kreasi tari ini, penciptaan gerakan, kostum, dan instrument. Target diharapkan dari kegiatan ini adalah terciptanya kreasi seni tari berdasarkan tradisi yang merepresentasikan perempuan dalam masyarakat Muna. Kreasi ini juga diharapkan dapat bermanfaat tidak saja dalam memelihara tradisi, tetapi juga mengkomodifikasinya dalam ekonomi dan pendidikan.
Latar Belakang Proyek
Kegiatan ini berangkat dari kegelisahan terhadap punahnya salah satu tradisi, yakni karia yang merepresentasikan pembentukan karakter perempuan ideal dalam masyarakat Muna. Semakin maju dan modernnya pemikiran masyarakat Muna semakin menggeser posisi tradisi ini dalam masyarakat, didukung pula oleh pomantoto (pawang perempuan) dalam tradisi ini sudah berusia senja. Hal ini menggugah hati nurani kami sebagai perempuan Muna untuk menciptakan tari yang mencerminkan prosesi ritual yang dijalani perempuan dalam tradisi karia. Tradisi karia adalah sebuah tradisi “pensucian/pematangan diri” yang dijalani oleh seorang gadis (kalambe) sebelum ia memasuki dunia perkawinan. Tradisi ini diawali dengan tahapan ritual pingitan (kaghombo) yang dijalani oleh perempuan selama beberapa hari. Di masa-masa pingitan ini, perempuan dibekali secara fisik, mental, maupun spiritual. Dalam prosesnya, perempuan yang menjalani Karia tidak hanya dituntut untuk merawat fisiknya, tetapi juga belajar berprilaku sesuai dengan norma adat dan agama (Islam). Setelah itu, kalambe atau gadis yang menjalani karia di depan publik yang disebut kafosampu. Kafosampu ini diawali dengan katanda wite (menempelkan tanah di dahi perempuan) sebagai simbol masuknya ia dalam jagad kehidupan. Prosesi paling akhir adalah ewa wuna/kalobhino kalei (silat muna dan pemotongan batang pisang) sebagai tanda syukur orang tua yang telah melakukan prosesi tersebut. Luaran kegiatan ini adalah pertunjukan tari.
Masalah yang Diangkat
bagaimana tradisi Karia direpresentasikan dalam bentuk tari yang mencakup proses/alur, gerakan, kostum, dan instrumen. Proses tersebut menggambarkan prosesi ritual Karia yang dijalani perempuan, gerakannya menggambarkan laku perempuan selama proses tersebut, kostum yang menggambarkan identitas serta instrumen yang mengiringi tari tersebut. Dari representasi ini kita bisa merekam prosesi tradisi Karia dalam bentuk tari yang dapat diwariskan kepada generasi muda, salah satunya diintegrasikan dalam kegiatan esktrakulikuler baik di sekolah menengah maupun pendidikan tinggi
Indikator Sukses
1. Terciptanya tari yang terinspirasi dari Tradisi Karia dengan judul Kalambe Ntiarasi 2. Terlaksana dan terpublikasinya pertunjukan Tari Kalambe Ntiarasi 3. Lahirnya Pomantoto-pomantoto/pawang perempuan yang baru sebagai generasi penerus dan pelaku utama dalam tradisi karia
Dana yang Dibutuhkan
Rp.180 Juta
Durasi Proyek
4 bulan