312 - Buku Resiliensi Perempuan Melayu Sebagai Ibu Tunggal

Nama Inisiator

FITRIA

Bidang Seni

penelitian

Pengalaman

4 TAHUN

Contoh Karya

IMG_7709.JPG

Kategori Proyek

riset_kajian_kuratorial

Deskripsi Proyek

Saya ingin mengangkat kisah kehidupan Perempuan Melayu yang menjadi ibu tunggal di Riau dalam bentuk sebuah buku. Pengangkatan kisah Perempuan Melayu yang menjadi ibu tunggal diperlukan waktu selama 4 bulan untuk menggali data secara mendalam mengenai bagaimana resiliensi yang dilakukan oleh ibu tunggal dalam kalangan adat budaya Melayu. Resiliensi ini dilihat daripada cara bagaimana seorang Perempuan Melayu yang menjadi Ibu Tunggal mampu beradaptasi, meyesuaikan diri dan bertahan dengan kehidupan yang penuh tantangan dan rintangan. Disamping itu resiliensi ini juga untuk melihat bagaimana usaha dari Ibu Tunggal Perempuan Melayu untuk keluar dari adat resam Melayu yang menganggap Perempuan Melayu sebagai “orang rumah” tetapi Perempuan Melayu yang menjadi Ibu Tunggal tetap kuat dan juga mempertahankan kodratnya sebagai perempuan sebagaimana yang ditetapkan dalam budaya Melayu. Selain daripada itu cerita dari Perempuan Melayu sebagai Ibu Tunggal dalam memaknai kehidupannya sebagai Ibu Tunggal ialah hal yang paling penting dalam penelitian ini dan menjadi pembeda dengan penelitian lain yang mengangkat kisah ibu tunggal lebih secara normatif, dan proyek ini juga akan menceritakan bagaimana adat budaya Melayu mengatur tentang Perempuan Melayu, dalam bertindak yang baik sesuai dengan adat resam Melayu dihubungkan dengan kehidupan Ibu Tunggal Perempuan Melayu tersebut.

Latar Belakang Proyek

Sebagai perempuan yang bersuku dan berbudaya Melayu, saya melihat dan merasakan sendiri ada batasan-batasan tertentu diatur oleh Adat Melayu terhadap aktivitas yang dilakukan oleh kaum Perempuan Melayu dibandingkan dengan perempuan lainnya. Orang Melayu memposisikan perempuan harus berada di rumah. Perempuan Melayu dianggap sebagai “orang rumah” hal ini menjelaskan bahwa menjadi sesuatu yang tabu dalam pandangan masyarakat Melayu ketika Perempuan Melayu harus bekerja di luar rumah. Namun, menjadi suatu dilema ketika Perempuan Melayu menjadi seorang Ibu Tunggal akibat kematian suaminya atau disebabkan oleh perceraian. Pada kondisi seperti ini kemampuan Perempuan Melayu untuk mampu keluar dari anggapan “orang rumah” merupakan suatu perjuangan yang berat. Disamping ia harus menghadapi pandangan masyarakat Melayu, ia juga harus berjuang untuk menjalani kehidupan dengan menjalani dua peran dalam keluarga. Proyek ini adalah proyek untuk mengangkat kisah Kehidupan Ibu Tunggal Perempuan Melayu terutama untuk melihat bagaimana Ibu Tunggal Perempuan Melayu dalam memaknai kehidupannya sebagai seorang Ibu Tunggal. Kemampuan Perempuan Melayu untuk menyesuaikan diri dan tindakan mereka dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan rintangan dalam menjalani peran sebagai seorang ayah mencari nafkah dan seorang ibu mendidik anaknya perlu diapresiasi dan diangkat ceritanya ketika keberhasilan mereka juga dapat dilihat dengan berhasilnya anak dari Ibu Tunggal Perempuan Melayu mencapai kesuksesan.

Masalah yang Diangkat

Batasan–batasan yang diatur dalam adat resam Melayu telah menjadikan Perempuan Melayu mempunyai kekangan dalam bekerja dan berkarya. Dalam adat budaya Melayu, mereka menghubungkan hal tersebut dengan kodrat perempuan yang harus dijalani oleh perempuan Melayu. Berdasarkan adat budaya Melayu dikatakan bahwa perempuan itu harus di rumah. Oleh sebab itu dalam pandangan orang melayu, kodrat perempuan tidak hanya hamil, melahirkan dan menyusukan anak-anak yang dilahirkan tetapi kodrat perempuan juga termasuk tugas sebagai isteri, ibu bagi anak-anak dan pekerjaan rumah tangga. Meskipun tingginya pendidikan Perempuan Melayu pada masa sekarang, kodrat tersebut masih tetap dijalankan oleh Perempuan Melayu. Namun, Perempuan Melayu harus bergerak ke luar ketika ia menjadi seorang Ibu Tunggal. Sejak dahulu hingga sekarang Perempuan Melayu yang telah menjadi Ibu Tunggal sangat sedikit sekali yang menikah kembali, mereka lebih memutuskan untuk tetap hidup sebagai Ibu Tunggal. Kemampuan Perempuan Melayu sebagai Ibu Tunggal untuk bisa keluar agar dapat mempertahankan kehidupan keluarganya merupakan satu perjuangan yang berat. Ibu Tunggal Perempuan Melayu yang mencoba keluar dari adat budaya Melayu bukan berarti mereka tidak lagi menjadi Perempuan Melayu. Tetapi hal tersebut menunjukkan bahwa perjuangan Ibu Tunggal Perempuan Melayu ialah sebagai bentuk daripada usaha perempuan untuk bangkit demi kehidupannya dan masa depan keluarga terutama anaknya.

Indikator Sukses

Terangkatnya kisah Perempuan Melayu yang menjadi Ibu Tunggal dalam kerangka adat resam Melayu khususnya di Riau, penulis melakukan survei dan wawancara mendalam serta tinggal dengan Ibu Tunggal yang menjadi Informan. Terbitnya sebuah buku dengan tema mengangkat kisah perempuan-perempuan Melayu yang menjadi Ibu Tunggal di Riau, dengan mengangkat Ibu Tunggal Perempuan Melayu dan Adat Resam Melayu sebagai Apresiasi terhadap perjuangan kaum perempuan dalam adat resamnya sendiri. Diadakannya dialog publik bersama perempuan-perempuan Melayu dan Tokoh Adat Melayu di Riau untuk menjadi Motivasi bagi Perempuan Melayu untuk tetap bergerak keluar tanpa melupakan kodratnya sebagai perempuan Melayu. Pengangkatan kembali mengenai adat budaya melayu dan perempuan yang menjadi tokoh didalamnya memainkan peran penting sebagai edukasi terhadap kaum perempuan Melayu, dengan kata lain buku ini dapat menjadi Edukasi dan Inspirasi serta buku motivasi bagi Perempuan Melayu untuk tidak harus melupakan ataupun meninggalkan adatnya untuk mencapai kesuksesan tetapi bagaimana Perempuan Melayu tersebut tetap menjungjung tinggi adat dan budayanya.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.55 Juta

Durasi Proyek

3 bulan