Nama Inisiator
Rizka Nur Laily Muallifa
Bidang Seni
sastra
Pengalaman
5 tahun
Contoh Karya
RIZKA NUR LAILY M_PUISI KABAR MADURA 6-7-12-2017 OPINI.pdfKategori Proyek
kerjasama_kolaborasi
Deskripsi Proyek
Proyek merupakan kolaborasi beberapa penyair dan ilustrator yang sebagian besar berstatus sebagai mahasiswi. Minat yang sama terhadap isu seputar perempuan dan seni-budaya membuat kami bertekad untuk menulis puisi dan mengilustrasikannya. Puisi dan ilustrasi jalin-menjalin dalam Antologi Puisi berjudul Kisah Menantu yang Diam-Diam Merencanakan Kematian Instagram. Tiga penyair yang mendaku sebagai perantau kota menulis dengan lini berlainan: perempuan desa, perempuan milenial, dan perempuan menopause. Ketiga penyair menulis dengan khas masing-masing. Kolaborasi ini dimaksudkan untuk membingkai kekhasan masing-masing penyair menjadi sebuah kolase yang semoga saja cukup utuh untuk dibaca. Sementara ilustrasi digarap oleh dua illustrator muda yang juga masih terus mendalami kekaryaannya. Ilustrasi-ilustrasi hadir sebagai amunisi bagi puisi-puisi. Antologi puisi berilustrasi ini kami harapkan dapat menjadi ujud pembacaan sekaligus upaya untuk pandai merasa dan urun serta dalam diskursus tentang perempuan di sekitar, syukur-syukur dapat lebih luas lagi.
Latar Belakang Proyek
Kesamaan minat terhadap isu seputar perempuan dan seni-budaya, sekaligus proses kekaryaan kami yang berkelindan dengan seni khususnya puisi dan ilustrasi membuat kami mantap untuk menyusun karya bersama. Pengalaman para penyair dan ilustrator yang terus bertumbuh dalam proses kekaryaan menjadi alasan mendasar mengapa akhirnya kami memilih format antologi puisi. Semakin hari semakin banyak perempuan yang menginisiasi berbagai kegiatan yang menunjukkan kemajuan berlaku pikir di segala lini kehidupan. Oleh sebab itu, penyusunan antologi puisi yang kami ajukan melalui hibah seni Cipta Media Ekspresi menjadi iktikad kami untuk turut ambil peran dalam geliat dunia penciptaan dan kreativitas. Puisi-puisi lahir dari proses pembacaan mendalam – merasa dan acapkali turut serta – dalam kehidupan para perempuan di sekitar. Yang bagaimanapun masih kerap menjadi sosok subordinat. Adapun yang memiliki kemajuan berlaku pikir ihwal kesetaraan sudah lebih dulu dipandang sinis oleh awam. Puisi-puisi menjadi narasi kebingungan para perempuan desa, milenial, hingga menopause. Mencoba berteriak dengan lirih, marah dengan sopan. Begitulah puisi menjadi medium menghadirkan kejujuran perempuan sampai titik didih saripatinya.
Masalah yang Diangkat
Membagi tema “perempuan” menjadi subtema: perempuan desa, perempuan milenial, dan perempuan menopause. Merupakan iktikad kami untuk melakukan pembacaan mendalam terhadap masing-masing subtema. Perempuan desa dengan kondisi geografis dan perkembangan sosial ekonomi yang relatif lebih lamban mencipta para perempuannya sebagai sosok yang kuat sekaligus paling lemah. Narasi patriarki tentu masih demikian lekat dengan kehidupan perempuan desa. Perempuan milenial hidup dengan segala kemudahan akses sekaligus acapkali dibingungkan oleh segala kemudahan itu. Gaya kehidupan yang hedonis, konsumtif memunculkan berbagai permasalahan dalam hidup yang dijalaninya. Kemudahan tak melulu memudahkan. Menjadi perempuan menopause lebih menyedihkan lagi. Dianggap sudah tak terlalu berarti sebab ibarat bunga ialah bunga yang layu, apa yang bisa diperhitungkan dari bunga layu? Karya kolaborasi ini kami maksudkan sebagai ujud memperkaya diskursus tentang perempuan. Selemah apapun suara dari karya yang kami hasilkan. Kami bertekad untuk terus bersuara dengan karya tertulis-tercetak-tergambar. Mengutip Goenawan Mohamad, apapun yang dituliskan meskipun lemah berbisik tetapi lebih kaya ketimbang kata yang diteriakkan (Pada Masa Intoleransi, 2017: 84). []
Indikator Sukses
Proyek kami sebut berhasil dengan terbitnya buku Antologi Puisi "Kisah Menantu yang Diam-Diam Merencanakan Kematian Instagram" sebanyak 1000 eksemplar melalui jasa penerbitan indie yang cukup mumpuni.
Dana yang Dibutuhkan
Rp.18 Juta
Durasi Proyek
3 bulan