262 - Tambora Yang Hilang

Nama Inisiator

candri fajriana

Bidang Seni

sastra

Pengalaman

2-3 tahun

Contoh Karya

Tambora Yang Hilang (CV dan ulasan singkat rencana perjalanan budaya).docx

Kategori Proyek

perjalanan

Deskripsi Proyek

Melakukan riset kebudayaan dan sejarah sastra melalui pendekatan sosiologis dengan masyarakat adalah suatu langkah tepat untuk menggali sisa peradaban yang telah lama terlupakan. Melalui proyek ini saya ingin melakukan sebuah pencatatan intens tentang sejarah kebudayaan Nusa Tenggara Barat. Berbekal Bahasa Bima dan Sumbawa yang telah saya pelajari selama dua tahun ini serta riset panjang tentang kebudayaan dan bahasa daerah, saya ingin berbagi kepada khalayak tentang eloknya kebudayaan dan sejarah lokal untuk tetap dilestarikan. Bertahun-tahun bergelut dengan pena, saya ingin ikut mengambil andil dalam menyampaikan sejarah dan kebudayaan melalui sastra. Berbagai mitos dan legenda yang berkembang di masyarakat harus segera dibukukan dan dianalisa agar tak hilang ditelan modernisasi. Pentingnya sebuah pendekatan sastra dalam memahami budaya lokal adalah jawaban dalam melestarikan nilai-nilai luhur di masyarakat, khususnya nilai adat dan budaya.

Latar Belakang Proyek

Saya meyakini sebuah sejarah, budaya dan sastra memiliki nilai yang sangat tinggi di tengah masyarakat. Nilai luhur yang ditawarkan mampu menjadi pedoman bagi kita anak bangsa untuk menghadapi derasnya arus iptek dan globalisasi. Ide menjalankan Perjalanan Budaya Tambora Yang Hilang ini sendiri lahir dari keingintahuan saya setelah melakukan berbagai diskusi panjang dengan berbagai tokoh sejarah tentang kearifan lokal dan budaya, khususnya budaya di pulau seberang, Sumbawa. Tambora 1815 merupakan sebuah sejarah panjang Nusa Tenggara Barat yang hingga kini belum banyak mendapat perhatian kita. Padahal efek erupsi kala itu melahirkan berbagai perubahan besar di dunia seperti penemuan sepeda pertama di Swiss, lahirnya novel Frankenstein, bahkan fase "Year Without Summer" di Eropa. Sementara dalam sejarah Indonesia sendiri tak banyak mencatat sejarah tentang keadaan Nusa Tenggara Barat dan sekitarnya pada tahun-tahun kritis itu. Sebagaimana kita ketahui bersama, sejarah banyak mencatat peristiwa sejarah kerajaan-kerajaan di Indonesia serta segala perpolitikan di masa lalu, akan tetapi catatan-catatan itu tak ada menyebut tentang tragedi Tambora 1815. Saya ingin mengembalikan sejarah, sebuah peradaban besar yang hilang agar kembali ke tengah masyarakat. Pentingnya melakukan riset khusus untuk mengenal budaya lokal memanggil saya untuk mengajukan permohonan proyek ini, agar dapat dibagikan kepada kawan-kawan lainnya.

Masalah yang Diangkat

Letusan Gunung Tambora pada tahun 1815 lalu menyisakan banyak rahasia sejarah yang hingga kini belum banyak dipelajari baik secara akademisi maupun berupa pengenalan ke masyarakat luas. Melalui perjalanan kebudayaan ini, saya ingin mengenal lebih dalam tentang sejarah dan perkembangannya secara langsung. Dengan melakukan riset khusus, saya ingin mendokumentasikan perjalanan sejarah dan kebudayaan di Bima-Dompu paska tragedi luar biasa itu. Tak banyak dikenal orang, sejarah Nusa Tenggara Barat sesungguhnya menyimpan banyak kisah dan nilai luhur yang harus tetap dilestarikan. Dengan merekam secara langsung kondisi objektif di daerah tersebut (Bima-Dompu-Sanggar), saya ingin mengangkat kondisi sosial serta kesejarahan untuk dianalisa bersama melalui sastra. Cerita "Year Without Summer" di benua Eropa kala itu tentunya tak sebanding dengan sejarah panjang yang harus dilalui Pulau Sumbawa dan sekitarnya yang harus bertahan hidup setelah digulung bencana. Catatan Tambora yang hilang ini akan melahirkan kembali sejarah Nusa Tenggara Barat yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.

Indikator Sukses

Saya ingin merangkum perjalanan panjang yang saya lakukan di sekitar kaki Gunung Tambora dalam sebuah buku perjalanan yang melukiskan sejarah Tambora serta peradabannya yang hilang. Buku ini rencananya akan bertajuk "Tambora Yang Hilang." Sebuah catatan objektif tentang sejarah dan kebudayaan akan mengisi buku ini, agar dapat dikenal kembali dan dinikmati generasi baru khususnya di Nusa Tenggara Barat.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.27 Juta

Durasi Proyek

7 bulan