176 - Membaca Perempuan dalam Kakawin

Nama Inisiator

udiarti

Bidang Seni

seni_pertunjukan

Pengalaman

Koreografer "Maea" Pentas Teater Tenda 2016

Contoh Karya

Ketawang Puspawarna.docx

Kategori Proyek

lintasgenerasi

Deskripsi Proyek

Membaca Perempuan dalam Kakawin, kami dari lintas generasi akan berkumpul di suatu tempat, membaca perempuan dalam baris-baris kakawin yang diciptakan oleh penyair-penyair yang sudah lebih dulu hidup dan berkarya di Jawa dan Bali antara abad 9 hingga abad 19. Perempuan dalam baris-baris Kakawin akan dibaca lewat tari, musik, monolog, diskusi dan seni rupa. Kami akan membaca pengalaman-pengalaman perempuan dalam dunia Kakawin, sastra yang diciptakan untuk kesenangan, untuk keindahan dan untuk semesta.

Latar Belakang Proyek

Kakawin adalah salah satu jenis sastra kuno yang dikenal di kepulauan Indonesia, ia hadir di Jawa pada abad ke-9. Kakawin pada kemunculannya ditulis dengan pisau kecil di atas daun rontal, ditaburi bubuk berwarna hitam menyerupai tinta, lembaran daun-daun rontal disusun dan diikat menjadi buku yang disebut lontar. Kini lontar hanya ada di museum, tulisannya dieja susah payah oleh penerjemah dan hanya jadi peninggalan yang ( sulit ) dilestarikan. Dalam Kakawin Kresnayana yang ditulis oleh Mpu Triguna pada abad ke-13, ia menuliskan tentang peran perempuan istana yang tak ternilai harganya sebagai mitra potensial untuk memperkokoh sekutu dengan kerajaan-kerajaan lainnya. Dari Kakawin Kresnayana maka dapat kita ketahui betapa penting peran perempuan untuk memajukan dan mengembangkan sebuah bangsa. Peran perempuan tak begitu saja lepas dari terciptanya suatu karya sastra, tak hanya di abad 21 ini, namun sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka dan tertulis dalam keping-keping lontar Kakawin. Membaca Perempuan dalam Kakawin tidak hanya mengingat kembali bagaimana bunyi-bunyi huruf Kakawin dieja ataupun salah satu usaha untuk melestarikan sastra dalam Kakawin, namun juga menyadarkan kembali bagaimana kedudukan perempuan yang begitu penting di dalam sastra yang diciptakan lebih dulu oleh penyair-penyair Jawa pada abad ke-9.

Masalah yang Diangkat

Membaca Kakawin menjadi hal yang sangat sulit ditemukan pada abad 21 ini. Perempuan dalam Kakawin tak lagi didengar kisah-kisahnya. Anak-anak, gadis-gadis, juga ibu-ibu di lingkungan kita mulai ( barangkali sudah ) kehilangan kiblatnya sebagai manusia Nusantara. Melangkah maju pada modernitas itu hal yang penting, tapi menjaga dan merawat akar tak perlu ditinggalkan. Lewat Membaca Perempuan dalam Kakawin, kami mengajak ( barangkali pada orang-orang yang masih ingin mengingat sastra Jawa ) merayakan kembali bagaimana penyair-penyair Jawa abad 9 menciptakan sastra untuk kebahagiaan hidupnya, untuk alam semesta dan untuk meninggikan derajat perempuan tentunya.

Indikator Sukses

Menentukan makna sukses terlalu sulit bagi kami, munculnya spirit belajar membaca Kakawin kembali setelah pulang dari menyaksikan Membaca Perempuan dalam Kakawin adalah kesuksesan yang sesungguhnya. Menjadi tempat berkumpul dan bertukar pikiran tentang Perempuan dalam Kakawin adalah kesuksesan selanjutnya.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.100 Juta

Durasi Proyek

3 bulan