1241 - Ruang Temu

Nama Inisiator

Eka Wahyuni

Bidang Seni

seni_pertunjukan

Pengalaman

7 tahun sebagai penari, 4 tahun sebagai koreografer, 2 tahun sebagai aktor

Contoh Karya

Ruang Temu.jpg

Kategori Proyek

riset_kajian_kuratorial

Deskripsi Proyek

Ruang Temu merupakan pengembangan dari karya tari “Ruang Temu” sebagai wadah bagi para perempuan untuk saling berbagi kisah, pengalaman dan kendala selama menjalani perannya sebagai seniman tari. Ruang Temu akan dibagi menjadi 3 ruang yang berbeda: Ruang Temu Sapa, Ruang Temu Belajar, dan Ruang Temu Karya. Ketiga ruang ini nantinya akan mempertemukan para seniman tari perempuan dengan latar belakang yang berbeda (kurator, produser, koreografer, penari, dan lain-lain) untuk saling mengenal dan berjejaring (Ruang Temu Sapa), belajar mengenai wacana dan metode penciptaan karya (Ruang Temu Belajar) dan berbagi konsep dan proses penciptaan karya (Ruang Temu Karya). Ruang Temu ini akan menjadi support system bagi seniman tari perempuan yang selama ini ‘dianggap mempunyai karir pendek’ karena produktifitas dalam berkarya akan banyak berkurang setelah menikah dan mempunyai anak. Ketiga ruang ini akan memperjuangkan dan menunjukkan bahwa mereka tidak sendirian, dengan adanya ruang temu ini mereka bisa membagikan kisah mereka selama berjuang menjadi seniman. Selain itu, ruang temu ini akan menjadi ruang untuk berbagi metode dan wacana agar para seniman tetap memperoleh wacana, metode dan informasi terbaru mengenai tari, dan juga sebagai ruang berjejaring untuk meneruskan, memudahkan dan mendukung seniman tari perempuan agar tetap berkarya meskipun sampai saatnya menikah dan memiliki anak.

Latar Belakang Proyek

Ruang Temu merupakan karya tari yang saya ciptakan pada tahun 2016 dengan konsep awal dapur sebagai ruang intim dan vital keluarga untuk bertemu dan saling mendekatkan antar anggota keluarga. Namun lama kelamaan keintiman tersebut hilang karena kegiatan tiap anggota keluarga yang semakin padat dan semakin mudahnya akses publik untuk mendapatkan makanan siap saji. Karya ini telah 2 kali dipentaskan, pada acara “Selamat Pagi” di Yayasan Kampung Halaman Yogyakarta dan “Festival Tari Kontemporer” di Lanjong Art Festival 2017. Kedua presentasi ini mengembangkan wacana lain mengenai ruang temu, terutama posisi dapur beberapa waktu silam. Dapur menjadi ruang temu para ibu untuk mengobrol, gosip, curhat tentang segala hal yang sedang mereka alami maupun mereka dengar. Di dapur juga, para ibu akan saling berbagi dan menguatkan apapun masalah yang sedang mereka hadapi. Keintiman inilah yang ingin saya hadirkan kembali dalam Ruang Temu. Layaknya dapur, ruang temu ini akan menjadi tempat berkumpul para seniman tari perempuan untuk saling berbagi temuan ataupun masalah mereka mengenai tari. Dengan begitu, ruang temu dapat memperlihatkan bahwa seniman tari perempuan tidak sendirian dalam memperjuangkan cinta mereka dalam tari karena melalui ruang temu inilah mereka akan secara terbuka dan aman menyuarakan, saling berbagi dan menguatkan satu sama lain.

Masalah yang Diangkat

Posisi perempuan, khususnya dalam tari, menjadi sangat lemah. Terutama ketika dikaitkan dengan umur, pernikahan dan keluarga. Banyak teman saya sesama penari yang akhirnya menyerah untuk meneruskan kecintaan mereka di tari karena terganjal masalah izin suami, keluarga, keuangan, hingga harus fokus untuk membesarkan anak. Selain itu, belum adanya media untuk saling berbagi secara aman dan terbuka menjadikan seniman tari perempuan sulit merasa percaya diri untuk mengembangkan diri dan potensinya mereka dalam tari. Banyak juga yang tidak berani (minder) untuk bersuara karena takut dengan pandangan atau opini orang lain jika mereka aktif berkesenian akan ‘terlihat seperti’ tidak mengayomi keluarga. Padahal mereka mempunyai potensi yang sangat besar di seni tari, namun harus menyerah dengan keadaan. Dengan adanya Ruang Temu ini diharapkan akan ada media bagi seniman tari perempuan untuk saling berbagi dan saling mendukung satu sama lain.

Indikator Sukses

(1) Ruang temu dapat meningkatkan rasa percaya diri untuk tetap berkarya bagaimanapun keadaannya karena adanya support system bagi sesama seniman tari perempuan. (2) Seniman tari perempuan tidak akan merasa sendiri dalam menghadapi masalah karena melalui ruang temu inilah mereka akan menemukan bahwa seniman perempuan yang lain juga mengalami hal yang sama. (3) Seniman tari perempuan lebih aktif berkarya karena mereka mendengar lebih banyak kisah serta berbagi karya dan metode penciptaan tari. (4) Ruang Temu ini memperluas jaringan karena akan bertemu dengan seniman tari perempuan dengan berbagai macam latar belakang.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.146 Juta

Durasi Proyek

9 bulan