1230 - Likat Budaya

Nama Inisiator

Maria Amanda Inkiriwang

Bidang Seni

sastra

Pengalaman

5 tahun

Contoh Karya

representation of women inequality.pdf

Kategori Proyek

kerjasama_kolaborasi

Deskripsi Proyek

Setiap penenun memiliki kesempatan untuk mempublikasikan kriya mereka. Pun mereka juga dapat menceritakan kisah dibalik helai tenun yang mereka jalin satu per satu dengan sabar. Namun, salah satu kendala yang kerap dihadapi adalah pintu memperkenalkan tenun mereka ke masyarakat selain di Ruteng maupun wilayah NTT. Maka, melalui wadah Likat Budaya inilah para penenun tidak hanya mempresentasikan tenun mereka, melainkan memasarkannya. Bagaimanapun pemberdayaan perempuan akan lebih kuat bila dilakukan selain dengan lintas generasi, juga lintas pengetahuan. Para ibu penenun bersama anak muda lokal berkreasi, sementara tim Likat Budaya siap membangun konsep website untuk mereka yang ingin berbagi dan memasarkan soal kriya maupun potensi daerahnya. Proyek ini digambarkan dalam sebuah website. Kami akan bekerjasama dengan para muda mudi di sana untuk memasarkannya dengan cara menarik, baik dari segi tulisan maupun segi teknik pengambilan gambar. Likat Budaya ke depannya, bisa berkembang tak hanya di Ruteng. Melainkan di daerah lain yang membutuhkan pemasaran kriya, potensi daerah mereka, maupun kisah ritual daerah yang dapat menarik peminat wisata. Sehingga daerah mereka menjadi destinasi selanjutnya untuk dikunjungi para traveler.

Latar Belakang Proyek

Seorang teman menceritakan mengenai tantangan di tempat tinggalnya, di Ruteng, Nusa Tenggara Timur. Banyak ibu penenun yang sudah banyak membuat tenun, tetapi sayangnya ada beberapa kendala pemasaran. Salah satunya, pemasaran mereka untuk menjualkan karya tenun keluar daerah. Di tambah pula dengan harga ongkos kirim yang mahal. Pemanfaatan sosial media maupun jejaring daring masih belum dimaksimalkan. Teringat pula dengan cerita teman saya yang sempat melancong ke daerah Mollo, Nusa Tenggara Timur, di mana terdapat Komunitas Lakoat Kujawas. Para pemuda penggiat komunitas saling berkolaborasi dengan para ibu penenun. Di sana pemuda menggunakan instagram untuk memasarkan kriya hasil daerahnya. Saya dan tim terinspirasi dari komunitas ini. Oleh karenanya, Likat Budaya ini berusaha menjawab segala tantangan dalam hal pemasaran produk. Jangan sampai, para ibu yang berjuang mempertahankan identitas dan entitas budaya lokal mulai memudar. Kembali menjadi sebuah tantangan masyarakat untuk kembali menikmati dan membanggakan tenun sebagai warisan leluhur. Bagaimanapun, perempuan penenun ini memiliki jasa yang tak ternilai dalam merawat dan memelihara keaslian budaya mereka.

Masalah yang Diangkat

Akses perempuan penenun untuk memperkenalkan tenun mereka, berbagi kisah mengenai cerita di balik tenun ke khalayak banyak. Mungkin masyarakat lainnya juga memerlukan akses untuk mengetahui untuk mendapatkan kain tenun yang dikriyakan oleh perempuan penenun.

Indikator Sukses

Indikator sukses ketika situs Likat Budaya telah terbangun dengan mantap, akses ibu penenun untuk menjualkan tenunnya mulai terbantukan. Adapun masyarakat maupun warganet mulai mengetahui keberadaan, cerita, maupun pembelian tenun ini. Likat budaya ingin menumbuhkan kesadaran generasi muda terhadap tenun. Kami ingin kaum muda indonesia bangga memakai tenun dengan berbagai hasil akhirnya, seperti pakaian, syal, pouch, maupun bentuk lainnya. Kerja kolaborasi antar perempuan dan antar pulau ini terjalin dengan solid, apapun rintangannya akan terselesaikan meski tak mudah. Bagaimanapun, perempuan penenun merupakan pahlawan di daerah lokal. Mereka bagian dari keunikan Indonesia dan kami memiliki tugas agar keutuhan nikmat unik Indonesia tak pudar secara perlahan.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.180 Juta

Durasi Proyek

9 bulan