Kategori Proyek
riset_kajian_kuratorial
Deskripsi Proyek
Proyek ini hendak mengangkat pengalaman perempuan-perempuan dalam merespons adat dan tradisi yang bias gender. Film akan dimulai dengan menunjukkan nilai-nilai tradisi yang dianggap sebagai kearifan lokal tapi ternyata jika ditelusuri banyak jejak diskriminasi di dalamnya. Proyek ini akan mengkritisi setidaknya 3 tradisi yaitu pernikahan adat Batak, praktek sunat perempuan di madura dan inkonsistensi status perempuan di dalam adat dan kearifan lokal Bali
Latar Belakang Proyek
Perjalanan Bangsa Indonesia adalah kisah perlawanan terhadap ketidakadilan. Selama berabad masyarakat dari berbagai kultur dan latar belakang berdinamika untuk melawan ketidaksetaraan. Feminisme adalah salah satu metode untuk mengbongkar ketidaksetaraan. Salah satu metode untuk menghasilkan kesetaraan. Feminisme kritis terhadap sistem patriarki, kritis terhadap monopoli kebenaran, kritis terhadap segala macam doktrin yang konservatif. Feminisme memiliki kritik kebudayaan, dan melawan mitos. Kajian ini mengikuti dan mempresentasikan bagaimana feminisme berdinamika untuk usaha usaha menghasilkan keadilan di Indonesia.
Masalah yang Diangkat
Dalam pernikahan Batak, perempuan disebut sebagai "boru ni raja" atau putri raja, tapi filosofi ini tidak tercermin dalam realitas.Alih-alih diperlakukan sebagai putri raja, ritual pernikahan adat batak sarat diskriminasi. Dalam pernikahan perempuan diposisikan lebih sebagai objek. Konsep "sinamot" (semacam mahar) telah memosisikan perempuan sebagai properti yang bisa "dibeli" oleh kaluarga laki-laki. "Sinamot" ini diterima sebagai gagasan yang netral dalam tradisi batak. Film ini hendak menunjukkan apa saja persoalan yang terkandung di baliknya, sejauh apa ia membuat rentan posisi perempuan. Film ini juga akan mengkaji praktek sunat perempuan yang masih marak terjadi di Indonesia. Perpektif feminisme menjadi alat penting untuk mendeteksi dan mengkoreksi berbagai ketimpangan di dalam masyarkat adat. Praktek sunat perempuan adalah pelanggaran HAM terhadap perempuan, film ini akan menunjukkan realitas yang dihadap perempuan, sejauh apa haknya atas KESPRO telah direnggut oleh praktek budaya yang diskriminatif. Persoalan ketiga yang hendak diangkat dalam film ini adalah inkonsistensi status perempuan di dalam adat dan kearifan lokal Bali.Ada ambiguitas beroperasi, dalam dunia spiritual perempuan diagungkan, direlasikan dengan sifat dewi yang sakral, kuat & diandalkan, tapi dalam kehidupan sosial mereka terpinggirkan dan ditindas. Proyek ini akan menunjukkan diskirminasi dalam tradisi dan representasi perlawanan yang cenderung cenderung "sunyi".
Indikator Sukses
Hasil kajian/riset yang dikemas dalam bentuk film ini mendapatkan minimal 50.000 views di YouTube setelah 6 bulan dipublikasikan. Dan diselenggarakannya diskusi diskusi di berbagai komunitas/lembaga
Dana yang Dibutuhkan
Rp.190 Juta
Durasi Proyek
6 bulan