1205 - Perempuan Poso Bercerita

Nama Inisiator

NERLIAN GOGALI

Bidang Seni

lainnya

Pengalaman

8 tahun

Contoh Karya

Pameran Foto.JPG

Kategori Proyek

lintasgenerasi

Deskripsi Proyek

Mosintuwu mengorganisir kelompok perempuan desa di Kabupaten Poso berkolaborasi dengan filmaker ( Ima Puspita Sari) dan fotografer perempuan (Fitri, Kampung Halaman). Filmaker dan fotografer mengajarkan perempuan muda di Poso untuk menggambarkan pengalaman dan pengetahuan orang tua perempuantentang bagaimana perjuangan mereka setiap hari menghadapi isu sosial, ekonomi, budaya dan politik melalui film dan foto . Para perempuan muda di Poso akan mengubah pengalaman, pengetahuan orangtua perempuan menjadi ide cerita untuk film pendek dokumenter dan foto bercerita yang dibuat secara kolaboratif dengan filmmaker perempuan dari luar komunitas mereka. Peran filmmaker dan fotografer adalah sebagai teman diskusi dan mentor teknis. Kamera akan berada di tangan para perempuan muda secara bergantian, merekam dialog-dialog dan interaksi yang hangat dan dekat diantara para perempuan orang tua, keluarga dan masyarakat sekitar sehingga penonton seolah-seolah merasa menjadi bagian dari mereka. Pada saat para perempuan muda belajar teknis foto dan film, disaat yang bersamaan mereka belajar mendengarkan pengalaman dan pengetahuan perempuan orang tua tentang isu sosial, ekonomi, budaya dan politik. Hasil film dan foto bercerita akan diputar, dipamerkan dalam Kongres Perempuan di Poso dan di beberapa pulau di Indonesia ( Ambon, Kupang, Bali, Papua ) yang akan menginspirasi dan menguatkan antar perempuan dan dengan perempuan muda, serta mempengaruhi cara orang membicarakan Kabupaten Poso.

Latar Belakang Proyek

Mosintuwu mengorganisir lebih dari 500 perempuan sejak 2010. Lebih dari 200 perempuan yang diorganisir menjadi pemimpin komunitas di bidang ekonomi, isu sosial, kebudayaan. Namun, cerita tentang Kabupaten Poso, masih dikenal sebagai daerah konflik. Sejarah para perempuan yang bekerja, berjuang setiap hari membangun perdamaian dan memastikan keadilan masih tidak menjadi sebuah sejarah tentang Poso. Padahal, ada banyak cerita dari para perempuan di Poso yang harusnya menjadi sejarah yang bisa mempengaruhi arah dan pembicaraan tentang Poso atau tentang pembangunan perdamaian yang berkeadilan. Bulan April 2017, Mosintuwu membuat pameran 100 foto perempuan sejak tanggal 21 Maret sampai 22 Desember 2017, mengambil momentum hari Kartini dan hari Gerakan Perempuan. Pameran ini mempengaruhi kelompok perempuan untuk memiliki kepercayaan diri atas aktivitas mereka, dan mengangkat narasi perempuan Poso ke publik di Kabupaten Poso. Namun, dibutuhkan upaya terus menerus untuk mengangkat narasi perempuan menjadi sejarah yang mempengaruhi. Film dan foto menjadi pilihan utama untuk mengangkat narasi perempuan Poso agar menjadi sejarah Poso , karena visual lebih mudah mempengaruhi publik baik di Kabupaten Poso maupun di luar, dan lintas generasi. Lian, pendiri Institut Mosintuwu mengenal Ima, filmaker perempuan muda sejak 2016. Sejak pertama bertemu, keduanya merencanakan kolaborasi bersama untuk mengangkat cerita perempuan di Poso menjadi catatan sejarah melalui film.

Masalah yang Diangkat

Mengangkat perjuangan perempuan sehari-hari terutama di wilayah paska konflik membutuhkan medium yang tepat untuk mampu mempengaruhi penulisan sejarah. Apalagi untuk mempengaruhi lintas generasi untuk memahami apa yang sedang diperjuangkan dan mau meneruskannya. Film dan foto adalah media yang mampu menjangkau lintas generasi sekaligus mencatatkan sejarah secara kreatif. Sebagian besar perempuan muda di Poso menggunakan foto dan film hanya sebagai bagian dari eksistensi diri. Menggunakan kebiasaan membuat foto diri untuk sesuatu yang merekam perjuangan perempuan orang tua di Poso dan foto adalah hal yang baru. Maka untuk memastikan agar film dan foto dapat menjadi milik para perempuan di Poso, dan memastikan bahwa keberlanjutan sejarah oleh para perempuan di Poso maka perlu proses belajar teknis dan konsep film dan foto yang memiliki konsep kuat. Persoalan perempuan di hampir seluruh pulau di Indonesia sama dalam konteks yang berbeda, demikian juga perjuangan para perempuan. Namun akses untuk saling belajar, menginspirasi dan menguatkan terbatas. Memulai pembuatan film dan foto oleh perempuan muda tentang perempuan orang tua yang diputar / dipamerkan di beberapa pulau akan menjadi salah satu cara menghubungkan kekuatan perempuan.

Indikator Sukses


1. Terdapat 1 film yang menggambarkan perjuangan perempuan orang tua Poso menghadapi isu ekonomi, sosial, budaya yang dikerjakan oleh perempuan muda di Poso 2. Terdapat lebih dari 10 foto bercerita tentang perjuangan perempuan orang tua Poso menghadapi isu ekonomi, sosial, budaya yang dikerjakan oleh perempuan muda di Poso 3. Terdapat proses belajar antara perempuan muda dan perempuan orang tua tentang sejarah perempuan Poso 4. Perempuan muda di Poso terinspirasi meneruskan perjuangan perempuan orang tua di Poso menghadapi isu ekonomi, sosial, budaya 5. Perempuan orang tua membangun kepercayaan diri untuk memimpin komunitas dengan dukungan dari perempuan muda 6. Terdapat distribusi film / foto dalam di pameran / foto di pulau-pulau lain di Indonesia ( Ambon, Kupang, Bali, Papua) sehingga mengembangkan bentuk yang sama dalam konteks yang berbeda di beberapa pulau , serta saling menguatkan 7. Ruang saling belajar dan saling menginspirasi antar perempuan dari Poso dan berbagai pulau lainnya, yang berdampak pada membangun kekuatan bersama perempuan

Dana yang Dibutuhkan

Rp.500 Juta

Durasi Proyek

9 bulan