1201 - Minan mit Kuta

Nama Inisiator

Wijatnika

Bidang Seni

seni_rupa

Pengalaman

4 tahun

Contoh Karya

17156245_1275982982485210_8525384725260970538_n.jpg

Kategori Proyek

kerjasama_kolaborasi

Deskripsi Proyek

Minan adalah sebutan Bibi atau perempuan yang telah menikah untuk perempuan Lampung Saibatin/wilayah Pesisir. Perempuan Lampung yang telah menikah dan tidak bekerja di sektor publik biasanya menggeluti sektor informal, seperti menjadi pengrajin Tapis Lampung, tenun khas Lampung dengan sulam dari benang emas atau benang sutera yang cantik dan mewah. Namun demikian, eksistensi mereka sebagai pengrajin nyaris tidak dikenali meski Tapis Lampung telah dikenal hingga kancah internasional melalui sosok Ariska Putri Pertiwi yang membawakan Kostum Nasional dalam ajang Miss Internasional 2016 berbahan Tapis Lampung. Oleh karena itu, proyek ini hendak menghadirkan para perempuan pengrajin Tapis Lampung ke publik dan berbicara atas nama diri mereka sendiri sebagai seniman yang nyaris dilupakan. Mereka akan berbicara tentang bagaimana membuat karya-karya indah Tapis Lampung, juga akan mengajak publik mengenali perangkat pembuat Tapis Lampung dan tantangan yang mereka hadapi. Kehadiran mereka sangat penting dalam upaya melestarikan dan mengenalkan khzanah budaya nusantara ke publik secara komprehensif.

Latar Belakang Proyek

Sebagai orang Lampung saya melihat bahwa para perempuan pengrajin Tapis Lampung adalah kelompok yang dilupakan dalam percaturan industri parwisata yang sedang naik daun di Lampung. Ketika rancangan gaun berbahan Tapis Lampung mulai dikenal masyarakat Indonesia bahkan pernah menjadi Kostum Nasional di ajang Miss International 2016, siapakah yang peduli pada para perempuan pengrajin dibaliknya? Tentu yang publik kenal hanya perancang kostum tersebut. Selain itu, di kota Bandar Lampung sebagai ibukota Provinsi Lampung belum ada Museum Tapis Lampung sebagai sarana edukasi budaya dan sejarah bagi masyarakat Lampung sehingga warga tidak tahu bagaimana sih Tapis Lampung dibuat, berapa lama sebuah kain dibordir dan darimana saja asal bahan-bahannya. Menurut saya, ketika Provinsi Lampung mulai menggembor-gemborkan segala potensi alam dan budaya sebagai komoditas dalam industri pariwisata, maka eksistensi para pengarajin Tapis Lampung tidak boleh dilupakan, karena mereka lah yang membuat karya seni tinggi itu ada dan menjadi kebanggaan warga Lampung. Dengan demikian, saya memilih untuk menjadikan ‘Tapis Lampung’ sebagai tema besar saya dalam mengajukan proyek ini sebagai salah satu upaya saya menggerakkan kembali ingatan pemerintah dan publik tentang para perempuan seniman dibalik keindahan Tapis Lampung.

Masalah yang Diangkat

Selama ini publik hanya mengenal karya tenun Lampung berupa Tapis Lampung yang sudah jadi, baik yang dipajang di toko-toko khusus yang menjual Tapis atau yang digunakan pada kegiatan-kegiatan seremonial seperti pernikahan, pemotretan, pameran pembangunan, pemilihan Muli-Mekhanai dan kegiatan adat. Tapi, belum pernah ada kegiatan baik formal maupun informal yang menghadirkan para pengrajin Tapis Lampung ke publik untuk berbicara atas nama diri mereka sendiri; alasan mereka berkarya alih-alih bekerja di sektor lain; berapa jumlah seluruh pengrajin Tapi di seantero Lampung; bagaimana cara mereka mengelola waktu dalam membuat karya dan menjalani peran lain sebagai perempuan; kesulitan apa sajakah yang dihadapi para pengrajin terkait bahan-bahan, alat menenun, pemasaran dan sebagainya; bagaimana pendapat mereka tentang masa depan Tapis Lampung. Bagaimanapun juga, eksistensi Tapis Lampung tidak semeriah Batik dari Jawa yang sangat familiar karena Tapis Lampung dikenal eksklusif dan mahal, juga tidak dapat dikenakan dalam sembarang kegiatan. Masa depan Tapis Lampung sebagai salah satu khazanah budaya nusantara dan karya perempuan perlu mendapat perhatian serius, termasuk bagaimana publik mampu menangkap suara-suara para pengrajin Tapis Lampung yang paling paham dinamika proses pembuatan hingga penjualan Tapis Lampung. Oleh karena itu, diperlukan sebuah kegiatan yang dapat menstimulus gerakanlain dalam mengenalkan para seniman perempuan pembuat Tapis Lampung.

Indikator Sukses

1. Asesmen/riset awal terhadap para perempuan pengrajin Tapis Lampung di seluruh Lampung dengan hasil asesmen berupa laporan, dokumentasi dan informasi mengenai berbagai riset tentang Tapis Lampung yang telah dilakukan. Kegiatan ini akan melibatkan seorang fotografer lokal, seorang sastrawan Lampung asal kabupaten Lampung Barat, dan saya sendiri selaku peneliti sekaligus seniman. Hasil riset akan dipresentasikan dalam kegiatan workshop. 2. Saya dapat membuat minimal dua buah lukisan yang menggambarkan proses pembuatan Tapis Lampung yang hasilnya akan dipamerkan di kegiatan untuk publik dan berkemungkinan dilelang. Hasil lelang akan digunakan dalam membantu para perempuan pengrajin Tapis Lampung untuk meningkatkan keterampilan mereka atau memperbaharui alat-alat menenun mereka yang sudah rusak. 3. Pameran dan Workshop Tapis Lampung: Kegiatan ini akan dilaksanakan selama satu minggu di kota Bandar Lampung di mana para pengrajin Tapis Lampung akan tampil di depan publik dan mengajak publik mengenal lebih dekat proses pembuatan Tapis Lampung serta seluruh bahan dan alat yang diperlukan. 4. Rangkaian kegiatan ini menjadi headline di minimal dua surat kabar harian paling popular di Lampung. 5. Seluruh seniman yang terlibat dalam kegiatan menghasilkan sebuah kesepakatan yang direkomendasikan kepada Gubernur Lampung dan Dinas Pariwisata Provinsi Lampung untuk membangun Museum Tapis Lampung sebagai khazanah budaya Lampung.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.135 Juta

Durasi Proyek

7 bulan