1200 - Riset Perempuan Produksi Seni di Yogyakarta, Aceh dan Papua

Nama Inisiator

Farsijana Rohny Cootje

Bidang Seni

kuratorial

Pengalaman

Pameran Seni Limbah dan Ekspresi Perempuan Anti Kekerasan Tahun 2011 (sebagai kuratorial dan pelaku seni). Pameran blog dan seni rupa Indonesiaku, Indonesiamu, Indonesia Untuk Semua. Penulis naskah wayang.

Contoh Karya

contoh karya.jpg

Kategori Proyek

riset_kajian_kuratorial

Deskripsi Proyek

Perempuan Indonesia adalah perempuan peramu, perupa yang menjadikan tradisi produksi sebagai kekuatan peradaban bangsa. Ketika seni dilihat sekedar sebagai pementasan dan etalase, maka fungsi perempuan dalam kekayaannya berkesenian pun diperlemah. Pengalaman saya melakukan pameran seni limbah dan anti kekerasan perempuan (2011), dan Pameran tunggal blog Indonesiaku, Indonesiamu dan Indonesia untuk semua (2013), keduanya dilaksanakan di Bentara Budaya Yogyakarta, menyebabkan saya ingin menggali dan memberdayakan perempuan produksi untuk melakukan inovasi-inovasi produknya dengan berangkat pada tradisi pengetahuan produksi yang diturunkan turun-temurun. Harusnya perempuan bisa menjaminkan keberlangsungan produksinya karena sebelum memperbaharui desain, mengakses kepada jejaring pasar. Perempuan harus percaya bahwa produk seninya bermanfaat kepada keluarga, masyarakat dan bangsa. Pengalaman saya membangun kekuatan ekonomi perempuan miskin di D.I. Yogyakarta dengan bekerjasama bersama anggota keluarga lain, pemerintah desa, SKPD dapat memastikan kelangsungan perempuan produksi. Untuk penggunaan dana hibah ini, saya memilih tiga propinsi yang menerima dana khusus yaitu D.I. Yogyakarta, Papua dan Aceh sebagai lokasi untuk meneliti produksi perempuan sekaligus berpameran bersama mereka.

Latar Belakang Proyek

Produk-produk seni perempuan seringkali tidak dikategorikan “Seni”. Seni sebagai seni perlu menyentuh fungsi dari seni itu. Tujuannya untuk memuliakan dan memberi kebahagiaan kepada manusia. Sebagai pekerja seni, perempuan-perempuan biasa yang dikenal sebagai “pengrajin” adalah pencipta karya-karya seni berbasis tradisi yang menunjukan keaslian produk yang berfungsi dalam berbagai tahapan lingkaran kehidupan manusia dalam tradisi tertentu. Menarik untuk mengerti bagaimana 3 propinsi dengan anggaran istimewa yaitu D.I Yogyakarta, Papua dan Aceh, mengakomodasi pengembangan kapasitas perempuan produksi untuk meningkatkan kualitas inovasi barang seni tradisi yang tetap bisa bertahan di dunia global saat ini. Yogyakarta sebagai provinsi pengrajin, dimana saya sedang mengembangkan kreatifitas perempuan bisa menjadi kota pendidikan informal untuk perempuan Papua (Wamena) dan Aceh (Sigli) untuk belajar disini. Kedua lokasi propinsi ini dipilih karena saya sudah mengunjungi mereka pada tahun 2016 dan berlanjut memfasilitasi pengembangan produk tradisi yang dihasilkan perempuan di kedua tempat tersebut. Baik kelompok perempuan di Wamena yang bernama “Nit Hasik” (20 orang) dan kelompok perempuan di Sigli aceh “Indah Bordir Aceh” (20 Orang) adalah anggota Koperasi Griya Jati Rasa berbasis di Yogyakarta (www.griyajatirasa.com)

Masalah yang Diangkat

Perempuan memainkan peran ganda dalam kehidupan keluarganya. Ketika produk seni perempuan di produksi dalam lingkungan keluarga, perempuan perlu diberdayakan untuk bisa bekerja bersama dalam kelompok. Argumentasi utama menjadi dasar mendorong perempuan berjejaring supaya beban ganda perempuan dapat diatasi. Ketika perempuan pekerja seni produk bekerja bersama mereka bisa saling menguatkan secara emosi, pengembangan desain bahkan mengadvokasi hak penganggaran mereka di hadapan pemerintah dimulai dari tingkat desa. Bekerja bersama menghasilkan barang seni pada akhirnya akan melatih perempuan untuk menemukan kekhasan produknya. Mereka berdiskusi bersama tetapi pengerjaan produk seni dilakukan oleh masing-masing pribadi. Dalam sistem perkoperasian produk seni, semua produk perempuan bisa dicatat. Penjualan terbanyak atau terkecil akan tercatat dan hasilnya muncul dalam pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) diakhir tahun. Aksesitas modal dibantu dari cara mengerjakan seni sambil berdiskusi, selain penambahan ide-ide kreatif desain yang mengalir menyuburkan keindahan dalam imajinasi perempuan.

Indikator Sukses

Perempuan adalah penjaga tradisi. Tetapi mereka seringkali tidak mempunyai akses secara ekonomi. Inovasi dalam produk perempuan berbasis tradisi, baik yang saya lakukan di D.I Yogyakarta, di Wamena Papua dan di Sigli Aceh perlu didukung dengan kerjasama prempuan dalam berkoperasi yang melibatkan lintas teritori, gender, agama, etnis dan kelas sosial ekonomi. Program riset/pengkajian/kuratorial hanya berhasil apabila perempuan mengerti aksesitasnya untuk menggali dukungan dari anggota keluarga terutama suami, SKPD dan sesama anggota organisasi yang diikutinya. Kemandirian perempuan membangun intelektualnya adalah bagian dari pencarian diri peremuan untuk tetap setia dalam kasih sayang sejatinya merawat keluarga, tetangga dan bangsa. Berkesenian dengan mengolah produksi perempuan berbasis potensi tradisi yang terus inovatif menjadi jaminan kesuksesan program yang harus dirayakan bersama publik. Untuk meneliti kekuatan-kekuatan peradaban produksi mereka, sekaligus melakukan pameran bersama untuk mempresentasikan kepada publik tentang benang merah inovasi yang sedang mereka kembangkan. Ditambah dengan penguatan kapasitas diri perempuan untuk mengadvokasi pemanfaatan anggaran perempuan bagi pengembangan perempuan produksi dan berkoperasi. Saya percaya perempuan-perempuan di ketiga propinsi, yaitu D.I. Yogyakarta, Papua dan Aceh ini akan menjaga NKRI, melindunginya dari konflik karena ketimpangan sosial.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.995 Juta

Durasi Proyek

9 bulan