117 - HAWA perempuan

Nama Inisiator

Elyda Kartika Rara Tiwi

Bidang Seni

seni_pertunjukan

Pengalaman

6 tahun

Contoh Karya

Drama_Mantra Pemanggil Mayat.docx

Kategori Proyek

kerjasama_kolaborasi

Deskripsi Proyek

Kegiatan ini berupa pertunjukan dengan bentuk gerak, dialog, macapat, visual art, musik, gamelan, dan wayang topeng Malangan. Mengapa menggunakan ragam bentuk tersebut? Tentu saya mempunyai ekspektasi ideal akan pertunjukan yang ingin saya hadirkan nanti. Macapat, gamelan, dan wayang topeng Malangan saya hadirkan sebagai penguat lokalitas Singosari, terutama saat dibawa ke masa kerajaan. Sedang bentuk eksplorasi gerak, dialog, visual art, dan musik saya hadirkan untuk mengutkan teatrikal dari pertunjukan ini. Saya akan menghadirkan spirit Ken Dedes sebagai representasi sosok perempuan kuat di kerajaan Singosari (Singosari masa kerajaan), masa dibawa ke masa setelah kerajaan Singosari runtuh. Di sinilah mulai ada sentuhan dialog, visual art, gerak, hingga musik kontemporer dihadirkan. Suasana yang dibangun tentu mengikuti adegan dan karakter “perempuan yang muncul”. Dalam satu rangkaian pertunjukan ini ditelusuri betul adanya benang merah dari peran kuat para perempuan Singosari dari masa ke masa. Alam yang menjadi saksi: angin, gerak batu yang menggelinding, hingga pohon-pohon. Rekaman kejadian nyata juga dihadirkan dalam wujud foto, artefak, video, hingga rekaman suara. Semuanya membentuk sebuah bangunan kuat yang menampakkan bahwa perempuan Singosari tidak pudar dari masa ke masa.

Latar Belakang Proyek

Perempuan. Kerajaan Singosari memang tidak bisa dilepaskan dari pengaruh perempuan. Sejak berdirinya hingga kerajaan ini runtuh dan tidak meninggalkan bukti konkret di mana persisnya letak kerajaan ini. Di satu sisi raja-raja Singosari memang berjenis kelamin laki-laki, namun peran perempuan mulai dari dunia perpolitikan hingga ritus percintaan begitu kuatnya. Dan sekali lagi imaji kuat terlihat dari sosok Ken Dedes yang menawan. Ia menyandang trah brahmana namun juga meski terlibat muslihat perebutan tahta yang berdarah. Menarik sekali ketika ditarik sebuah benang merah akan sejarah perempuan Singosari, mulai dari masa kerajaan hingga kini menjelma sebagai kecamatan. Akan ada banyak simbol, tafsir, dan saksi hidup akan hadirnya sosok perempuan Singosari. Karena itulah saya merancang sebuah pertunjukan dengan fokus utama perempuan Singosari yang ditilik dari sejarah mulai dari masa kerajaan hingga saat ini.

Masalah yang Diangkat

Tujuan saya dalam penyelenggaraan pergelaran pertunjukan ini adalah menghadirkan kembali harta berharga kerajaan Singosari yang kini menjelma menjadi kecamatan, yaitu perempuannya. Sejarah kerajaan Singosari barangkali telah berhenti, namun ingatan akan kebesaran pengaruh perempuannya mesti dihadirkan. Perempuan Singosari masa kini juga masih sejaya masa lalu. Menarik sekali jika potensi ini dihadirkan dalam model pertunjukan. Maka hadirin yang menyaksikan akan dibangkitkan lagi memorinya akan kejayaan kerajaan Singosari dari sudut pandang perempuan, hingga peran perempuan Singosari di masa kini. Berbagai artefak budaya dalam bentuk kearifan lokal juga akan dihadirkan, seperti macapat Malangan, topeng Malangan, hingga potret peninggalan kerajaan Singosari. Ini juga untuk mengenalkan kepada khalayak akan keunikan kesenian Malangan, yang memiliki kekhasan dari kesenian Jawa Timur lain, pun dengan menekankan pada lokalitas Singosari.

Indikator Sukses

Ketika pertunjukan ini mampu menghadirkan kembali spirit kekuatan perempuan Singosari di masa kerajaan dan dihadirkan bersama spirit-spirit kekuatan perempuan Singosari di masa kini, spirit itu tidak hadir melalui laku visual saja. Namun juga dihubungkan dengan unsur-unsur lain yang dihadirkan dalam pertunjukan. Termasuk para penonton yang menjadi satu. Merasakan betapa Singosari berdiri dan besar karena seorang perempuan. Ia yang melahirkan raja-raja besar Jawa. Dan hingga kini spirit itu masih ada dan terwakili oleh perempuan-perempuan Singosari sekarang.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.750 Juta

Durasi Proyek

2 bulan