Nama Inisiator
Vivian Felicia Idris
Bidang Seni
audiovisual
Pengalaman
10 tahun
Contoh Karya
Toraja Weaver.pngKategori Proyek
kerjasama_kolaborasi
Deskripsi Proyek
OF THREAD AND WOMEN adalah sebuah eksebisi audiovisual selama 1 minggu di Jakarta yang akan memenampilkan semua lini proses pengerjaan tenun tangan (handloom) sampai menjadi selembar kain tenun, dari 3 wilayah yang berbeda di Indonesia yaitu Toraja/Mamasa, Adonara/Lembata, dan Baduy Luar. Rangkaian proses menenun di tiga wilayah ini mempunyai perbedaan yang signifikan dalam tahapan menyusun dan menentukan formulasi benang yang akan membentuk tenunan menjadi sebuah karya yang khas dan memiliki fungsi yang spesifik. Tahapan ini disebut Ma’renden dalam bahasa Toraja, Ma’sampang dalam bahasa Mamasa, Tane dalam bahasa Lamaholot (Adonara & Lembata), Mihane dalam bahasa Urang Panamping (Baduy luar) dan Meniha dalam bahasa Indonesia. Meniha adalah tahapan yang paling kompleks dan krusial dalam rangkaian proses menenun yang juga akan menjadi fokus dalam eksebisi ini. Eksebisi akan ditampilkan dalam desain yang kontemporer dengan menampilkan alat-alat tenun tangan yang digunakan dalam proses meniha dari ke tiga wilayah tersebut.
Latar Belakang Proyek
Sejak tahun 2013 sampai saat ini, saya melakukan riset dan memproduksi dokumenter tentang tenun tangan (Handloom) dari berbagai sudut pandang di wilayah Toraja, Adonara, Lembata, Baduy Luar dan Mamasa. Dua elemen utama dari budaya ini adalah pertama perempuan sebagai artisan yang mewariskan kemampuan artistiknya secara turun temurun, intrakomunitas dan interkomunitas kepada sesama perempuan, dan perempuan sebagai penggerak roda ekomomi yang secara signifikan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Yang ke dua tenun tangan sebagai benda budaya dan karya seni adiluhung yang merekam pengalaman kolektif maupun pribadi Penenun yang merefleksikan kondisi sosial suatu komunitas pada periode tertentu. Aspek lainnya adalah revitalisasi, regenerasi dan pelestarian warisan budaya. Di Indonesia budaya tenun mewakili kosmologi perempuan karena budaya ini ada di hampir seluruh gugusan kepulauan di Indonesia dan mayoritas artisan tenun adalah perempuan. Pada masa kini sebagian besar Penenun berasal dari kelompok yang termarjinalkan karenanya menenun menjadi ruang dimana perempuan dari kelompok rentan memiliki otoritas penuh akan dirinya untuk mencipta dan merealisasikan apa yang menjadi buah pikir, rasa dan kreasinya. Sebagai perempuan yang lahir dan besar di Indonesia, saya merasakan ikatan emosional yang kuat dengan kain-kain tradisional Indonesia yang selalu hadir sebagai elemen penting dalam setiap tahapan kehidupan saya karenanya saya merasakan urgensi untuk mengangkat tema ini.
Masalah yang Diangkat
Selembar tenun tangan yang indah adalah buah karya seorang artisan yang mumpuni yang tidak hanya menuntut ketrampilan tangan, detail, presisi, kesabaran stamina, dedikasi dan kemampuan manajerial yang tinggi. Namun seorang Penenun seringkali hanya diposisikan sebagai perajin, bukan sebagai artisan. Berdasarkan perjalanan saya berpartner dengan organisasi Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (Yayasan PEKKA) dan pelestari kain tenun (Toraja Melo) di banyak komunitas dimana profesi perempuan adalah penenun, perempuan menjadi kontributor ekonomi utama untuk keluarganya meskipun suaminya juga bekerja. Proyek ini adalah respon dari kondisi di atas dan sebuah refleksi perjalanan. Melalui proyek ini saya ingin mengangkat posisi Penenun sebagai Artisan yang patut diapresiasi lebih dalam dan luas. Selama ini pameran tenun selalu ditampilkan dalam atmosfer yang tradisional dan seringkali menimbulkan kesan bahwa tenun tangan adalah karya seni yang kuno dan tidak setara dengan cabang seni lain yang lebih kontemporer.
Indikator Sukses
Proyek ini bisa dibilang sukses ketika audience mengetahui bahwa aktifitas menenun terdiri dari serangkaian tahapan panjang teknis dan non teknis yang merupakan proses kreatif yang kompleks dan penuh tuntutan. Indikator sukses lainnya adalah keragaman latar belakang, umur, jumlah audience yang cukup signifikan dan adanya diskusi yang hidup.
Dana yang Dibutuhkan
Rp.500 Juta
Durasi Proyek
9 bulan