Nama Inisiator
Irmawati Puan Mawar
Bidang Seni
lainnya
Pengalaman
13 tahun
Contoh Karya
Intermezo Anoa.pdfKategori Proyek
perjalanan
Deskripsi Proyek
Menulis adalah cara saya mendengarkan diri dan menyerap suara-suara dari luar. Saya percaya mendengarkan adalah sebentuk kepercayaan. Melalui proyek ini saya ingin mendengarkan kehidupan suku tradisional di wilayah pegunungan Luwu Utara—di Sulawesi Selatan—masyarakat Suku Rampi, mereka hidup di bawah lingkungan hukum adat, lingkungan alamnya terjaga oleh aturan-aturan yang mereka buat dan jalankan. Dari cara hidup mereka mungkin banyak hal yang bisa kita pelajari bersama. Melalui program ini saya ingin mendokumentasikannya dengan menuliskan sebuah buku tentang Suku Rampi lengkap dengan photo story. Untuk mendapatkan hasil tulisan yang mendalam, saya kira tak cukup hanya dengan wawancara dan melakukan pengamatan beberapa hari, tapi saya perlu tinggal dan hidup bersama mereka setidaknya 2-3 bulan. Menurut saya, proyek ini penting dilakukan saat ini, sebagai bentuk pengarsipan, mengingat keberadaan mereka tak banyak dikenal sekaligus bentuk pengakuan kita tentang keberadaan mereka.
Latar Belakang Proyek
“Indonesia bagaikan sebuah negara dengan ratusan negara di dalamnya”—saya menemukan kalimat ini pada pengantar buku “Ring of Fire” karya Blair bersaudara Lawrence dan Lorne, yang mewujudkan kecintaannya kepada Indonesia dengan mendokumentasikannya—dan saya baru benar-benar percaya pada kalimat di atas setelah mengenal Suku Rampi dalam kunjungan singkat pada 2012 lalu, sebuah ‘negara kecil’ dalam tubuh Indonesia. Masyarakat Suku Rampi hidup damai, menjaga alam dan lingkungannya di bawah lindungan hukum adat. Ini mungkin bentuk obsesi pribadi atau cara saya menjawab pertanyaan-pertanyaan di kepala saya. Bahwa saya yang lahir dan besar di Indonesia pun sulit mengenal keragaman bangsa ini yang begitu luar biasa kaya. Salah satu penyebabnya mungkin karena masih kurangnya arsip pendokumentasian. Padahal banyak hal baik yang bisa ditimba dari keragaman budaya bangsa Indonesia. Malah mungkin ada yang berpotensi menjadi solusi alternatif bagi berbagai masalah sosial. Makanya penting sekali mendokumentasikannya, sebelum mereka diserbu oleh budaya pop yang bisa jadi berdampak pada hilangnya identitas mereka. Bukankah isolasi wilayah dan hidup terpencil berpagar deretan bukit-bukit Pegunungan Quarles yang menjulang tak lagi menjadi batas serbuan budaya pop melalui jaringan komunikasi seluler. Melalui karya ini saya ingin menyuarakan bahwa Kawasan Pegunungan Quarles di Sulawesi adalah satu ‘laboratorium alam’ yang perlu dijaga.
Masalah yang Diangkat
Temuan masalah ini, berdasarkan sebuah pengalaman. Suatu hari di 2013, seorang kawan Suku Rampi berkunjung ke Makassar. Saya mengajaklah kawan ini berjalan-jalan berkeliling kota, setiap kali bertemu/berkenalan dengan orang baru, mereka nyaris tidak mengenal atau pernah mendengar tentang Suku Rampi. Saya melihat ini menjadi sebuah momen yang berat bagi kawan saya. Keadaan ini diperparah saat kami memasuki kawasan Losari, di sana terpampang jelas sebuah monumen pengakuan suku-suku (Makassar, Bugis, Toraja, Mandar) yang membuat kawan saya ini semakin terlempar jauh, tanpa pengakuan. Sebuah keadaan dimana saya melihat diri saya beberapa tahun silam, saat saya kemudian ikut tinggal bersama orang tua di Kota Makassar dan mengalami shock culture, dimana saya dan banyak orang pedalaman yang memasuki pergaulan yang lebih luas, sangat mungkin mengalaminya. Monumen pengakuan suku-suku di Losari ini, bisa menjadi sebuah jurang, pluralisme yang dapat menjadi sumber konflik dan perpecahan. Perbedaan yang membuat rentannya perpecahan, terlebih bila distribusi pembangunan dan kesejahteraan dirasa sangat timpang oleh masyarakat. Saya ingin melakukan riset mendalam untuk mendata dan memahami serta mengidentifikasi. Hidup dan berbaur menjadi bagian dari mereka dalam jangka 2-3 bulan, mendengarkan suara-suara masyarakat Rampi, agar saya tidak terperangkap dan menjadi bagian yang memandang mereka dari kacamata luar.
Indikator Sukses
Hasil cipta karya Mendengarkan Suku Rampi bisa dikatakan terlaksana dengan baik melalui media : (1) Terbitnya sebuah buku narasi Mendengarkan Suku Rampi lengkap dengan photo story, (2) Diskusi buku untuk pengenalan budaya Suku Rampi kepada masyarakat yang lebih luas di salah satu perguruan tinggi di Makassar, (3) Pameran photo story tentang Suku Rampi, (4) Dalam kunjungan saya sebelumnya, saya sangat tertarik kepada beberapa sosok perempuan Rampi, yang ingin saya kenal lebih jauh sebagai objek inspirasi untuk menggarap karya sastra baik itu dalam bentuk cerita pendek dan jika memungkinkan menjadi sebuah novel.
Dana yang Dibutuhkan
Rp.120 Juta
Durasi Proyek
9 bulan