1042 - CILINAYA:Ekranisasi Naskah Kuno Lontar Perempuan Suku Sasak

Nama Inisiator

Eva Mawinda Widiyastantia

Bidang Seni

audiovisual

Pengalaman

7 tahun jadi pekerja film (script writer) / 4 tahun mendalami aksara kuno Sasak / 12 tahun di dunia sastra

Contoh Karya

Contoh Karya - Eva Mawinda Widiyastantia.doc

Kategori Proyek

riset_kajian_kuratorial

Deskripsi Proyek

Berdasarkan data filologi di Museum Nusa Tenggara Barat hingga saat ini terdapat 1382 koleksi peninggalan naskah kuno. Salah satunya adalah Naskah Cilinaya. Bagi Suku Sasak sendiri, Cilinaya merupakan ibu pemimpin/nenek moyang pertama mereka. Di Tanjung Menangis, lokasi terjadinya Legenda Cilinaya, Suku Sasak kerap melakukan larung laut, upacara syukur dan penghormatan kepada ibu mereka. Tak hanya sekedar legenda, kisah Cilinaya tertulis apik dalam naskah lontar. Menggunakan bahasa Sasak Kuno, bertuliskan aksara Jejawan, disimpan di Museum dan oleh beberapa mangku adat. Naskahnya seringkali dibacakan pada kegiatan adat atau ritual kebudayaan. Kisah Cilinaya berisikan petuah kehidupan bagi perempuan; bagaimana kaum ini diajarkan tata krama, sikap tak pantang menyerah, berperangai baik, namun tetap bisa berdiri kuat di atas prinsipnya hingga akhirnya menjadi pemimpin sebuah negeri. Cilinaya adalah perempuan pemimpin Suku Sasak, ibu bagi peradaban sebuah negeri, perempuan yang dikisahkan memiliki hidup penuh liku terbuang, tak diakui, dihina namun kemudian mampu hidup kembali untuk menjadi seorang Puteri. Saya tertarik mengangkat kisah ini menjadi sebuah film. Film ini nantinya akan mengacu dari kisah utuh yang terdapat dalam naskah kuno lontar. Singkatnya; proses berkarya akan dimulai dari alih aksara, dilanjutkan dengan alih bahasa, kemudian alih wahana menjadi naskah skenario yang siap diproduksi menjadi ekranisasi sebuah film.

Latar Belakang Proyek

Pamusuk Eneste menyatakan teori Ekranisasi secara sederhana berarti membuat film yang diangkat dari karya seni lainnya (sastra tulis, legenda, lakon, drama, dll). Dunia film di Indonesia sendiri dewasa ini sedang marak membuat film ekranisai dari naskah novel/buku. Saya terpikir untuk membuat film ekranisasi yang diangkat dari naskah kuno. Dilatar belakangi pula oleh banyaknya naskah kuno yang saat ini hanya tersimpan di museum, dibacakan hanya pada saat ritual adat saja. Saya ingin kisah yang terdapat dalam lontar bisa dinikmati oleh khalayak ramai dengan media yang lebih modern, yaitu audio-visual. Saya hendak fokus mengangkat naskah kuno Cilinaya karena kisahnya menarik dan melegenda sebagai ibu bagi Suku Sasak. Tujuan utama kesenian ini tentu agar naskah kuno lontar diangkat ke permukaan (tidak hanya disimpan), menyebarkan nilai-nilai positif dari kisah Cilinaya yang berisi tentang ajaran kehidupan seorang perempuan yang menjadi pemimpin, hingga jangka panjangnya semoga mampu menyadarkan banyak orang agar lebih mencintai dan mengapresiasi naskah-naskah kuno peninggalan nenek moyang untuk terus dikaji sebagai sumber ilmu pengetahuan.

Masalah yang Diangkat

Sebagai bentuk penghormatan tertinggi kepada ibu kami dari Suku Sasak, saya ingin kisah Cilinaya bisa dinikmati lebih banyak orang dengan media yang lebih mudah diterima masyarakat luas. Film adalah media yang saya rasa paling efektif menyampaikan hal ini. Karena jika hanya mengandalkan tulisan asli naskah kuno, hanya sedikit kalangan yang bisa mencernanya; naskah ini menggunakan aksara dan Bahasa Sasak dari abad ke-8. Itulah sebabnya, ketika nantinya naskah ini akan difilmkan, proses berkesenian yang perlu saya lakukan dimulai dengan alih aksara kuno, kemudian ditransliterasi ke dalam Bahasa Indonesia untuk mempermudah pembuatan skenario film yang siap diproduksi. Pun sejauh ini, belum ada film yang diekranisasi dari naskah kuno. Jika film ini berhasil diproduksi, maka akan menjadi film pertama di Indonesia bahkan dunia - yang diangkat secara utuh dari naskah kuno lontar. Dengan ini, sebagai perempuan saya ingin menunjukkan karya seni dan pemikiran baru, sebuah dedikasi tertinggi juga kepada ibu Cilinaya yang sampai saat ini mengakarkan filosofi kehidupan seorang perempuan hebat dalam jiwa perempuan-perempuan Suku Sasak.

Indikator Sukses

Kesuksesan proyek kesenian ini apabila sudah tercipta sebuah karya seni menjadi film. Film yang direncanakan dibuat adalah film genre doku-drama. Segmen dokumenter dicanangkan menjadi pembuka film tentang cuplikan naskah lontar, beberapa peninggalan napak tilas legenda Cilinaya yang hingga kini masih ada (makam, tanjung menangis, pohon keramat dan sumur kuno), dilanjutkan segmen drama yang berisi kisah utuh di dalam naskah kuno lontar. Setelah filmnya selesai diproduksi akan diputar di beberapa tempat, serta diikutkan dalam festifal film nasional/internasional.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.188 Juta

Durasi Proyek

6 bulan