78 - Medium Praktik Seni Balsara Parampuang Kele

Nama Inisiator

Dr. Wanda Listiani, S.Sos, M.Ds

Bidang Seni

penelitian

Pengalaman

16 tahun

Contoh Karya

Wanda Listiani_KAA dan Taman Kota.jpg

Kategori Proyek

riset_kajian_kuratorial

Deskripsi Proyek

Balsara parampuang kele digunakan sebagai medium praktik seni di Indonesia Timur. Parampuang Kele berasal dari kata Parampuang dan Kele. Parampuang merupakan sebutan istilah perempuan di Ambon. Kele mempunyai arti bergandengan tangan. Hal ini dimaknai bahwa perempuan bersama-sama memberi kekuatan, kompak, kerjasama dalam menyuarakan perjuangan dan cita-cita perempuan. Indonesia Timur memiliki potensi alam yang besar salah satunya adalah asam jawa. Asam jawa mempunyai nama ilmiah Tamarindus indica L. adalah tanaman daerah tropis dan termasuk tumbuhan berbuah polong yang tumbuh subur di Indonesia khususnya wilayah Indonesia Timur. Asam Jawa sebagai alternative medium untuk praktik seni batik dengan aplikasi aksara untuk menyuarakan aspirasi dan kreativitas parampuang di Indonesia Timur.

Latar Belakang Proyek

Indonesia sebagai archipelago, tidak lagi dipandang sebagai negara kepulauan melainkan negara kelautan yang ditengahnya pulau-pulau. Masyarakat parampuang yang hidup bersama dengan laut dan terpencil, laut tempat mereka dilahirkan, belajar dan mencari sumber penghidupan. Program ini meminjam potensi keanekaragaman hayati dan kearifan lokal masa lalu untuk menghadapi tantangan parampuang masa kini. Indonesia timur memiliki pesisir, laut, danau dan sungai. Melihat kembali masa lalu secara kritis, mengubah cara pandang, melihat permasalahan kebudayaan perempuan dengan meminjam cara pandang masa lalu dalam konteks sekarang untuk memberikan solusi dan arah bagi masyarakat parampuang miskin. Kebudayaan perempuan menghasilkan produk-produk kebudayaan yang tidak pernah baku. Wilayah laut yang dominan 65% adalah air. Tidak memandang laut menjadi akhir melainkan juga awal. Mata air membentuk sungai mengalir terus menerus membersihkan limbah, sampah menuju laut. Samudera awal dan akhir perjalanan air yang menguap berkumpul menjadi awan dan tercurah menjadi butiran hujan, menjadi embun dan mata air. Laut, hujan, embun, mata air, sungai merupakan mata rantai yang dengannya perempuan Indonesia seharusnya lebih sejahtera. Masyarakat pesisir dan nelayan perempuan kaya dengan pengetahuan kemaritiman.

Masalah yang Diangkat

Kebijakan Nawacita memberikan harapan baru bagi kebudayaan maritim dan perannya dalam menanggulangi permasalahan perempuan masyarakat di Indonesia Timur. Kebudayaan perempuan dalam mengkonsepsikan dan menghidupkan kembali kemampuan, sistem pengetahuan, cara pandang dan cara hidup serta kebiasaan kejayaan kerajaan maritim/pesisir nusantara. Kebudayaan adalah konsep dasar dari seluruh pemikiran. Maritim adalah berlayar sambil berdagang. Bahari adalah laut. Kebudayaan melahirkan etika dan estetika seperti Balsara Parampuang Kele. Laut sebagai modal kulturalart untuk didayagunakan menjadi salahsatu destinasi wisata bagi wisatawan domestik dan mancanegara. Pengetahuan perempuan adat untuk mengatasi ruang dan waktu, tidak hanya berpikir secara parsial atau bagian yang terpisahkan tetapi bagian-bagian yang saling terhubung, terkait satu dengan yang lain.

Indikator Sukses

Satu, Praktik Seni Parampuang Kele di Indonesia Timur. Dua, Representasi Perempuan pada Balsara Parampuan Kele. Tiga, Produk Budaya berbasis Muatan Lokal dan memiliki nilai seni yang berbasis ekonomi.

Dana yang Dibutuhkan

Rp.189 Juta

Durasi Proyek

9 bulan