19 - PEREMPUAN YANG DIPEREMPUANKAN

Nama Inisiator

Ika Nurlaila

Bidang Seni

audiovisual

Pengalaman

1 tahun menulis naskah sinteron stripping Setulus Kasih Ibu (Indonesiar)

Contoh Karya

Kategori Proyek

kerjasama_kolaborasi

Deskripsi Proyek

Proyek ini akan digarap dalam bentuk film dokumenter berdurasi 45 menit. Akan dilibatkan di dalamnya para tokoh perempuan Indonesia yang kini sedang menjalani peranannya sebagai Ibu dan atau memiliki Ibu yang mereka nilai telah berhasil menanamkan fondasi pemikiran yang luar biasa. Tokoh-tokoh yang akan dibidik antara lain: 1) Ibu Yenni Wahid, 2) Ibu Sri Mulyani Indrawati, 3) Ibu Susi Pujiastuti, 4) Dian Sastrowardoyo dan 5) Ibu Khofifah Indar Parawansa. Kelima tokoh tersebut diketahui memiliki peran yang sangat signifikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sesuai dengan spesifikasi masing-masing. Mereka memiliki persona kepemimpinan yang prima. Diyakini, terdapat peran perempuan di belakang mereka yang menjadikan mereka bukan perempuan biasa seperti saat ini. Di sisi lain, fakta empiris bahwa hak-hak perempuan belum sepenuhnya terlindungi hukum juga akan diketengahkan. Salah satu contoh yang akan kami paparkan adalah kasus perceraian yang mana-- secara mayoritas--perempuan tidak mendapatkan tunjangan yang ajeg padahal mereka harus menanggung biaya edukasi, kesehatan, dan lain-lain bagi anak-anak mereka. Hal ini adalah ironi, namun mau tak mau mesti diterima. Pandangan atau visi dari tokoh-tokoh perempuan tersebut menanggapi kepincangan norma terhadap perempuan akan dikemas secara apik dan persuasif sehingga penonton akan termotivasi untuk lebih menghargai diri, peran serta kehormatannya namun di sisi lain dapat mengangkat martabatnya sendiri dengan berperan lebih strategis dalam kehidupan bermasyarakat. Film bertajuk Perempuan yang Diperempuankan juga akan melibatkan pelakon pengganti yang akan memerankan tokoh-tokoh yang dipilih dalam satu cerita kehidupan yang paling signifikan bagi mereka. Untuk memperluas jangkauan, alih bahasa dalam Bahasa Inggris juga akan disematkan. Target penonton adalah mereka yang berusia 13 tahun ke atas. Sekiranya proyek ini disetujui untuk didanai, kami akan berkeliling ke sekolah-sekolah menengah umum di Jakarta untuk penayangan dan seminar gratis dan kami juga akan mencetaknya dalam bentuk VCD untuk dikirimkan secara gratis ke sekolah-sekolah menengah umum se-Indonesia (25 sekolah) agar muatan moral yang ada pada film dokumenter ini tersebar luas ke seluruh wilayah tanah air. (diutamakan Indonesia bagian timur).

Latar Belakang Proyek

Meski sering didengungkan bahwa wanita itu tiang negara, rusaknya wanita berarti rusaknya negara, namun perannya tidak cukup mendapat apresiasi yang setimpal. Kendati setiap tahun terdapat satu hari peringatan Hari Ibu (mewakili perempuan) namun harkat dan martabatnya seperti selalu terpinggirkan dan tidak mendapatkan payung hukum yang kokoh. Perempuan adalah sosok yang dari rahimnya kelangsungan spesies bernama manusia ini dititipkan. Selama mengandung, melahirkan, merawat dan mendidik anak-anaknya, jasa mereka tentu tak dapat dibayar dengan uang sebesar apapun. Namun, di kancah lebih luas, jasa-jasanya seperti tidak dimunculkan ke permukaan. Perempuan pada umumnya --terlepas peranannya murni domestik atau lebih meluas ke sektor eksterna-- adalah penentu kemajuan dan keberhasilan suatu bangsa. Sebab perempuan adalah makhluk pertama yang dijadikan panutan oleh generasi-generasi penerusnya, maka perempuan yang berpola pikir maju dan inovatif lebih berpeluang untuk menghasilkan generasi-generasi penerus yang berwatak pembaharu. Tidak semua generasi penerus tercerahkan untuk mencari makna hidup secara mandiri. Mayoritas, mereka melihat dan mempelajari bagaiman ibu-ibu mereka bertindak, bersikap dan berpilaku. Merupakan keniscayaan bahwa untuk memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara, maka kehidupan perempuan juga harus dimajukan. Namun hal ini sulit jika perempuan hanya berharap pada pengakuan orang lain. Mereka mesti lebih mengangkat martabat dirinya sendiri dengan bekal ilmu pengetahuan. Bagaimanakah kaum perempuan pilihan menyikapi ini? Bagaimanakah, di lingkup masyarakat yang masih patriarkis ini, mereka para perempuan pilihan mampu membentuk dirinya menjadi tangguh, berpikiran maju dan bervisi jauh melebihi perkembangan masyarakat rata-rata? Apakah ada sangkut pautnya dengan pendidikan formal atau bergantung sepenuhnya pada persona individu? Dan bagaimanakah energi supra positif tersebut dapat ditularkan dari satu perempuan hebat pada jutaan perempuan agar mereka juga menghebat? Problematika ini akan dirangkum dan disajikan secara persuasif dalam sebuah produksi film dokumenter bertajuk Perempuan yang Diperempuankan.

Masalah yang Diangkat

Terdapat beberapa masalah inti yang masing-masing akan menjadi adegan-adegan utama dalam film yakni: 1) Lingkup masyarakat yang patriarki: penghormatan lebih pada laki-laki sedangkan peran perempuan terbatas pada 3-UR (sumur, kasur, dapur) 2) Analisis ahli agama dan tokoh masyarakat (lintas agama, lintas suku) tentang ajaran agama mereka tentang perempuan: potensi disalahtafsirkan, batasan dan sebab akibat 3) Minimnya kesadaran masyarakat umum bahwa perempuan sangat membutuhkan pendidikan, terlepas dari apakah mereka dapat menjadi pencari nafkah atau tidak 4) Apa yang menjadi pembeda antara mereka para perempuan penentu masa depan dengan mereka yang mengikhlaskan diri terlindas zaman 5) Perlindungan hukum pada peran domestik perempuan (kasus perceraian dan kasus perebutan hak asuh anak)

Indikator Sukses

Kesuksesan dalam pelaksanaan proyek ini dapat diukur dengan standar berikut ini: 1) Minggu 1-2 : Mendapat konfirmasi final 5 tokoh perempuan Indonesia yang kisah hidupnya akan dikupas lebih dalam dan dikompilasi kelima-limanya. Termasuk dalam durasi waku ini adalah sinkronisasi jadwal syuting. 2) Minggu 2-3 : Skenario lengkap dan diskusi untuk finalisasi skenario dengan para tokoh (tersebut di atas) 3) Minggu 3-7 : Syuting dan awal editing 4) Minggu 6-8 : Full editing (alih bahasa, theme song dan lain sebagainya) 5) Minggu 8-9 : Memperbanyak VCD untuk dikirimkan ke 25 sekolah menengah umum se-Indonesia terutama Indonesia bagian Timur (akan disurvey kemudian) 6) Minggu 9-12 : Penayangan film dokumenter Perempuan yang Diperempuankan di beberapa sekolah umum di Jakarta disertai seminar

Dana yang Dibutuhkan

Rp.39.7 Juta

Durasi Proyek

3 bulan