772 - Media Antariman Berbasis Kearifan Lokal untuk Perdamaian

Nama Inisiator

Subkhi Ridho

Organisasi

Lembaga Studi Islam dan Politik (LSIP)

Topik

Meretas batas – kebhinekaan bermedia

Deskripsi Proyek

Program ini akan dimulai dengan pelatihan media alternatif untuk promosi perdamaian, yang nantinya akan membuat peserta dapat membuat film, laporan deskriptif-nararif dan cerita-cerita berbasis kearifan lokal di Ambon. Karya tersebut nantinya akan dijadikan alat kampanye kepada masyarakat adat, kampus, sekolah, dan forum-forum institusi keagamaan maupun bukan bahwa kearifan lokal yang dimiliki mempunyai implikasi positif atas apresiasinya terhadap keberadaan. Karya film akan digandakan secara meluas, sehingga mudah diakses oleh warga maupun media televisi untuk ditayangkan ulang sebagai acara alternatif yang dibuat warga, selain juga diunggah kedalam situs yang dibuat. Adapun laporan naratif-deskriptif mengenai pengalaman maupun respon peserta terhadap kebhinnekaan di Ambon dan cerita-cerita dari para peserta akan dibuat menjadi e-book dan buku yang berisi narasi-deskripsi pengalaman tentang “Ambon Manise” yang dapat menginspirasi para pembaca di Ambon maupun di tempat-tempat lain.

Masalah yang Diangkat

Program ini dimaksudkan untuk menjawab pemberitaan media terkait konflik fisik yang terjadi di Ambon. Ambon sebagai daerah Indonesia yang sangan rentan terhadap konflik, dan disebut zona merah; basis konflik tertinggi di Indonesia. Hal tersebut menyebabkan instabilitas politik daerah maupun nasional sangat tinggi. Konflik Ambon satu dekade lalu, hampir meluluhlantakkan bangunan sosial yang selama ini sudah dimiliki masyarakat Ambon. Padahal mereka memiliki kekayaan tentang kearifan lokal yang luar biasa, tradisi pela –misalnya, merupakan tradisi para leluhur yang mesti dilanggengkan dan ditranformasikan kepada tiap generasi muda yang ada di Ambon maupun daerah-daerah lain. Media seringkali tidak memberikan pemberitaan yang menenteramkan masyarakat atau sangat kurang dalam hal mempromosikan perdamaian alias terlalu provokatif. Oleh karena itu mesti dilakukan upaya budaya-tanding dengan mengulas dan menampilkan wajah Ambon yang benar-benar manise.

Solusi

LSIP bersama Gereja Protestan Maluku (GPM) dan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Ambon menggunakan pendekatan pembangunan komunitas dalam mengeksplorasi kekayaan kearifan lokal yang ada di Ambon. Workshop media pembuatan film dan penulisan cerita mengenai kearifan local akan menjadi sarara efektif perjumpaan, pertemuan, pertukaran gagasan dan pengalaman anak-anak muda di Ambon mengenai pemahaman pluralisme maupun multikulturalisme yang selama ini mereka pahami dan miliki. Berikutnya kampanye menggunakan media radio dan televisi lokal maupun situs jejaring sosial mengenai praktik-praktik perdamaian yang terjadi di masyarakat. selain itu juga menggunakan forum-forum adat sebagai sarana interaksi sosial-budaya antar anak muda dari beragam keyakinan dan kepercayaan.
Pihak yang diuntungkan adalah mahasiswa, pemuda kampung, pemuda gereja, remaja masjid, tokoh-tokoh muda lokal di Ambon, dengan rentang usia 19-35 tahun (perempuan dan laki-laki).

Target

Target grup adalah mahasiswa, pemuda kampung, pemuda gereja, remaja masjid, tokoh-tokoh muda lokal di Ambon, dengan rentang usia 19-35 tahun (perempuan dan laki-laki)

Indikator Sukses

1. Terlatihnya aktivis antar iman untuk membuat film, berita, dan cerita-cerita yang mendamaikan dalam media alternatif
2. Tersedianya media alternatif untuk memberitakan masalah Ambon dalam basis antar iman
3. Adanya forum antar iman untuk saling bertukar berita, gagasan tentang perdamaian di Ambon
4. Diikuti para pemangku kepentingan (stakeholders) yang dilibatkan dalam setiap kegiatan LSIP dan Forlog Ambon
5. Terbentuk forum media wacth di Ambon yang terdiri dari aktivis antar iman

Lokasi

Bantul, Yogyakarta

Dana yang Dibutuhkan

609 Juta Rupiah

Durasi Proyek

Januari 2012 – November 2012