764 - Layang Cepu

Nama Inisiator

Kunarto Marzuki

Organisasi

NA

Topik

Meretas batas – kebhinekaan bermedia

Deskripsi Proyek

Tim Transparansi Migas lahir berkat dorongan multistakeholder (pemerintah, perusahaan migas dan masyarakat) di Kabupaten Blora. Lahirnya tim ini disebabkan keinginan bersama agar pengelolaan Migas Blok Cepu lebih transparan dalam hal revenue (pendapatan), CSR dan informasi mengenai dampak lingkungan dan sosial.
Setelah terbentuk setahun yang lalu, Tim Transparansi Migas telah melakukan berbagai kampanye kepada publik tentang pentingnya keterbukaan dari pemerintah dan perusahaan dalam hal pengelolaan migas. Kampanye tersebut dilakukan dalam beberapa bentuk, antara lain pembuatan koran lokal Wacana, pembuatan film dokumenter tentang pengelolaan minyak di Blora, lomba foto tingkat pelajar, pameran foto, talkshow di radio dan TV lokal, seminar, penulisan artikel di media mainstream serta pertunjukan budaya lokal (Barongan) yang dikemas dengan cerita pengelolaan minyak lokal.
Dalam perkembangannya, penyebaran informasi tentang transparansi migas lebih banyak dicover oleh koran lokal Wacana. Wacana menjadi media untuk menyebarkan informasi, data dan kebijakan tentang pengelolaan Migas di Kabupaten Blora. Inisiatif-inisiatif baru serta kebijakan-kebijakan inovatif yang tidak mendapatkan pemberitaan yang memadai dari media mainstream sangat terbantu dengan media ini. Namun demikian, keberadaan media lokal Wacana dirasa masih kurang dirasakan oleh warga perkampungan sekitar penambangan minyak tua. Penyebabnya adalah masih rendahnya budaya baca masyarakat.
Agar informasi-informasi dimaksud lebih bisa dijangkau secara luas, perlu pembuatan media alternatif berupa Radio Komunitas yang bisa menjangkau masyarakat di sekitar penambangan migas di Kabupaten Blora.

Masalah yang Diangkat

Pemberitaan mengenai pengelolaan migas di Blora yang selama ini dilakukan oleh media mainstream dirasa belum memberikan ruang yang cukup, terutama bagi masyarakat sekitar lokasi penambangan. Berbagai keluhan yang dirasakan warga lebih banyak tidak bisa dicover oleh media mainstream. Misalnya adalah dampak sosial dan lingkungan dari praktek penambangan yang dirasakan setiap saat oleh warga. Demikian halnya dengan kebijakan-kebijakan pemerintah daerah tentang pengelolaan migas, tidak serta merta diketahui oleh warga sekitar lokasi penambangan migas karena minimnya akses warga terhadap media mainstream.
Di sinilah keberadaan koran lokal Wacana serta Radio Komunitas diharapkan mampu menjadi media yang menyalurkan informasi-informasi seputar pengelolaan migas, kebijakan dan regulasi di level kabupaten maupun nasional serta memberikan ruang yang cukup kepada warga untuk “berkeluh kesah” terhadap setiap dampak pengelolaan Migas Blok Cepu yang mereka rasakan

Solusi

Untuk mengatasi permasalahan di atas, kami ingin mengembangkan dan memperkuat Tim Transparansi Migas, khususnya unit kampanye dan media, melalui beberapa kegiatan berikut:

1. Penataan dan penguatan kelembagaan. Meliputi pengelolaan kebijakan kampanye yang efektif seperti penataan keredaksian dan pelibatan secara langsung masyarakat terdampak (korban) dalam pengelolaan media dengan pola rekruitmen yang baik.
2. Untuk koran lokal Wacana perlu dilakukan format ulang dalam hal tata wajah maupun isi (kontain) terutama pemberian ruang yang cukup kepada isu-isu pengelolaan migas. Dalam hal Radio Komunitas, desain dan pendiriannya harus melibatkan masyarakat terdampak (korban) agar visi serta isu yang diusung memenuhi kebutuhan warga.
3. Training dan penguatan kapasitas bagi kru yang menangani koran maupun yang akna menangani radio.
4. Penerbitan dan siaran secara kontinyu.
Pihak yang diuntungkan adalah warga terdampak (korban) penambangan migas Blok Cepu di 5 kecamatan (Cepu, Sambong, Jiken, Kedungtuban, Randublatung) dan masyarakat Kabupaten Blora.

Target

Proyek ini akan memberikan manfaat bagi warga terdampak (korban) penambangan migas Blok Cepu di 5 kecamatan (Cepu, Sambong, Jiken, Kedungtuban, Randublatung) dan masyarakat Kabupaten Blora.

Indikator Sukses

Meningkatnya oplah koran yang dibaca dari 1.000 eksemplar menjadi 2.000 eksemplar (untuk koran) dan diputarnya siaran radio minimal oleh 3.000 pendengar (untuk radio).
Terlibatnya minimal 10 peserta dari warga terdampak (korban) penambangan Blok Cepu dalam pelatihan jurnalistik (koran dan radio) serta lahirnya minimal 5 jurnalis dari warga terdampak (korban).
Meningkatnya produksi teks, foto, audio serta kolom pemberitaan mengenai isu-isu penambangan Blok Cepu sebanyak 25% dari produksi sebelumnya. Sebagai perbandingan bisa diukur dan diamati produksi sebelumnya (Agustus-Desember 2010).
Munculnya 2 rubrik baru (koran) dan acara-acara baru tentang migas (dalam radio komunitas).

Lokasi

Blora, Jawa Tengah

Dana yang Dibutuhkan

500 Juta Rupiah

Durasi Proyek

November 2011 – Agustus 2012