Berkunjung ke Sanguine, Seperti Apa Usahanya?



Berkunjung-ke-Sanguine.jpg

Pada 18 September 2014 Rubby Emir dari Komunitas Sanggar Saujana mengunjungi usaha sablon Sanguine milik Bejo Riyanto, salah satu difabel di Yogyakarta. Dalam kunjungannya Pak Rubby menanyakan pendapat Pak Bejo tentang Proyek Mitra Kerja Penyandang Disabilitas (MKPD). Respons yang diberikan pun positif, ia mendukung dan dan bersedia dimasukkan profil usahanya di proyek tersebut. Sebelumnya, Pak Bejo memang sedang merancang program yang mirip dengan MKPD. Ia melihat bahwa tantangan terbesar bagi difabel yang mencari kerja adalah belum adanya penghubung dengan pemberi kerja. Ingin tahu lebih detail mengenai usaha sablonnya? Berikut petikan perbincangan dengan Pak Bejo.

T: Sejak kapan buka usaha sablon?

J: Saya buka usaha sablon pada tahun 2004. Namun, pada tahun 2006 ditutup karena lokasi usaha rusak akibat gempa. Selama usaha ditutup saya menjadi sukarelawan di Lembaga Swadaya Masyarakat Dria Manunggal selama tiga tahun. Pada tahun 2012 barulah saya membuka usaha sablon lagi.

T: Pak Bejo belajar membuat sablon di mana?

J: Di tempat kursus, Yogyakarta. Saya mengikuti kursus selama seminggu (4 kali pertemuan) dengan biaya Rp 170.000 dan setelah itu mendalami sendiri dengan membuka usaha sablon.

T: Modal awal untuk membuka usaha didapat dari mana?

J: Saya meminjam uang ke bank.

T: Produk yang dihasilkan dari usaha sablon ini apa saja?

J: Awalnya, saya memproduksi tas daur ulang dan tas plastik. Namun, saat ini saya fokus di baju (kaos biasa, kaos polo dan bahan untuk kemeja) dengan kisaran harga Rp 20.000 – Rp 95.000.

T: Apakah pekerja yang ada di Sanguine semuanya difabel?

J: Tidak semua, hanya ada 3 orang difabel sebagai rekanan penjahit untuk tas suvenir. Kedepannya, saya berharap bisa mempekerjakan lebih banyak difabel.

Untuk melihat bagaimana perjalanan usaha Pak Bejo, silakan cek di sini

Tags:

Hillun Vilayl Napis
17 Nov 2014


November 2014 | CC BY-SA 3.0