Petani merupakan kelompok masyarakat yang masih tertinggal dalam hal akses informasi, karena sebagian besar dari mereka tidak mengenal teknologi komputer ataupun internet. Padahal, apabila bisa memperoleh informasi pertanian yang relevan, petani akan mampu menjalankan pengelolaan lahan dengan lebih baik.
Petani di daerah terpencil di Kabupaten Kupang misalnya, terus menerus mengalami gagal tanam maupun panen karena tidak mampu memprediksi kondisi cuaca. Ditambah lagi dengan buruknya kondisi sarana dan prasarana transportasi di daerah tersebut yang menyebabkan para petani kesulitan memperoleh informasi dari luar daerahnya. Sulitnya akses ini menyebabkan lambatnya daerah terpencil menerima perkembangan-perkembangan baru yang sudah terjadi di daerah maju.
Masyarakat di kota besar dapat dengan mudah memanfaatkan teknologi internet untuk memperoleh informasi, namun tidak begitu halnya dengan petani di pedalaman. Satu-satunya teknologi yang mereka gunakan adalah telepon seluler biasa dengan fitur dasar untuk menelepon dan mengirim pesan singkat. Karenanya, penyebarluasan serta pertukaran informasi dengan memanfaatkan SMS paling memungkinkan untuk dipakai secara optimal oleh para petani.
Konten yang paling dibutuhkan para petani terutama adalah informasi seperti kondisi iklim terkait proyeksi kapan akan terjadi hujan, kapan waktu yang baik dan tepat untuk mulai menanam, dan tanaman apa yang cocok bagi kondisi iklim tertentu, diversifikasi panen, juga saran-saran untuk berbagai masalah pertanian. Informasi seperti ini akan mampu meningkatkan produktivitas petani dan meminimalisasi resiko, sehingga kerugian dapat dihindari. Selain itu, teknologi sederhana ini juga dapat dimanfaatkan untuk menghubungkan petani dengan instansi-instansi pemerintah maupun swasta sehingga terjadi upaya-upaya pendampingan dan usaha untuk memperbaiki sistem tani yang berkelanjutan.
Selama ini, sudah pernah ada inisiatif serupa yang berusaha memajukan petani di pedalaman, hanya saja upaya tersebut masih belum dilakukan secara optimal. Jan Pieter dan kawan-kawan sempat bekerjasama dengan BMKG Stasiun Klimatologi-Lasiana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kupang, serta Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten Kupang untuk merealisasikan hal ini. Karena adanya keterbatasan sumber daya maka program tersebut hanya mampu menjangkau sebagian kecil wilayah Kupang. Kendala yang mereka hadapi tidak hanya itu, mereka juga mengalami kesulitan karena para petani sering bergonta-ganti nomor seluler sehingga pembaruan data harus dilakukan secara terus menerus.
Dari segi konten, kerjasama dengan badan pemerintah menjadi krusial, karena instansi tersebut dapat menjadi penyedia informasi terbaru. Pembaruan konten pun penting untuk memastikan agar informasi yang dikirimkan bukan merupakan informasi yang sudah usang. Bahkan setelah konten sampai kepada petani, masih harus dilakukan pendampingan dan konsultasi lapangan untuk mencegah agar petani tidak kesulitan memanfaatkan informasi yang diterima.
Sebuah pesan singkat mengenai prediksi cuaca dapat menghindari gagal tanam, mengoptimalkan diversifikasi panen, dan pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan para petani. Hal ini menunjukkan bagaimana sebuah teknologi seluler sederhana dapat membawa perubahan sosial yang lebih baik.
Jan Pieter DJ. Windy, tinggal di Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Pendamping kelompok petani.