Rapotivi: Teliti Menonton Komedi (Pemenang I)



Kini-NIlai-TV-Ada-di-Tangan-Anda-400x369.jpg

Sejak 8 Juni – 5 Juli 2015 Rapotivi mengadakan lomba menulis di Facebook. Mengusung tema “Hidupkan Televisimu, Hidupkan Pikiranmu, Bagikan Ceritamu”, Rapotivi memberikan tiga topik untuk peserta lomba, yaitu (1) pentingnya mengadukan tayangan televisi yang bermasalah, (2) kebiasaan menonton televisi di keluarga atau lingkunganmu dan (3) mengulas tayangan televisi yang menurutmu bermasalah.

Dari 178 peserta (total tulisan ada 183), terpilih tiga orang pemenang, salah satunya M. Dlaify Karami. Tulisannya yang berjudul “Teliti Menonton Komedi” membawanya sebagai pemenang pertama.

Menurutnya, dalam beberapa tahun terakhir, tayangan komedi di televisi semakin jauh dari standar kualitas penyiaran yang ideal dan layak ditonton. Banyak konten yang mengandung kekerasan, pelecehan seksual, pencemaran nama baik hingga penistaan terhadap suatu kelompok.

Tambahnya lagi, muatan kekerasan banyak diselipkan di berbagai adegan berkedok komedi. Media seolah membangun pola pikir baru bahwa kekerasan merupakan hal yang lumrah dilakukan. Pola pikir ini dibangun melalui adegan jenaka yang sarat dengan kekerasan dan bertujuan untuk menghilangkan sensitivitas khalayak sehingga mereka memaklumi kekerasan tersebut hingga timbul rasa ingin meniru.

Adegan yang sedang tren dilakukan oleh berbagai program komedi televisi adalah penggunaan styrofoam sebagai properti yang digunakan pemain untuk mendorong, memukul hingga menyerang pemain lain (kekerasan fisik). Selain itu, acara komedi juga menampilkan tokoh dengan keterbatasan fisik dan hal tersebut menjadi bahan ejekan para pemain bahkan ditertawakan oleh penonton di studio (kekerasan verbal).

Hal yang bisa dilakukan terhadap tayangan tersebut adalah melaporkannya, ungkap Dlaify. Saat ini saluran untuk pelaporan cukup bervariasi. Misalnya melalui telepon, pesan singkat (SMS), menulis surat pembaca baik di media cetak maupun media online dan bagi pengguna Android bisa mengunduh aplikasi Rapotivi.

Masyarakat juga bisa menjadi pengawas yang independen dengan cara menulis di blog pribadi, membagi pikiran di media sosial dan manjadi pengguna yang aktif dalam merespons konten kekerasan di internet. Misalnya melakukan report as inappropriate (laporkan sebagai hal yang tidak patut) terhadap tayangan komedi televisi yang diunggah ke Youtube.

Tags:

Hillun Vilayl Napis
13 Jul 2015