Desa Sangat Memerlukan OpenBTS



PEGUNUNGAN-400x227.jpg

Tangerang, 24 Februari 2015 – Departemen Informatika Universitas Surya mengadakan pelatihan OpenBTS bagi orang yang berasal dari wilayah tak terjangkau jaringan seluler. Pelatihan yang berlangsung selama dua hari ini diikuti oleh 6 peserta yang diseleksi dari sekitar 150 pendaftar.

Pramudi Widodo, salah satu pendaftar asal Magelang mengatakan bahwa desa tempat tinggalnya, Kembaran, memiliki kondisi geografis yang tidak menguntungkan. “Banyak tanjakan dan turunan yang curam sehingga desa ini hanya dilalui sebagai jalur alternatif bagi mereka yang ingin menempuh perjalanan lebih cepat”, ungkapnya.

Infrastruktur komunikasi di wilayah ini juga tidak memadai bahkan jaringan telepon dari Telkom belum masuk. Padahal, adanya jaringan komunikasi yang memadai termasuk fasilitas internet yang murah akan membantu mempublikasikan potensi hasil bumi dari desa ini. Selain itu, masyarakat juga bisa belajar mengenai pertanian, baik dari tahap menanam, merawat sampai pengolahan untuk meningkatkan nilai guna dan nilai jual produk pertanian tersebut.

Hal serupa juga terjadi di Desa Mbutuh, Purworejo. “Untuk mengirim SMS saja harus mengangkat ponsel tinggi-tinggi bahkan sampai naik ke atap rumah”, tutur Dimas Priambodo. Menurutnya, desa tersebut masih memiliki banyak pepohonan dan sawah sehingga sinyal sulit untuk masuk. Di sekitar desa juga hanya ada satu menara pemancar sinyal seluler (BTS) yang letaknya sangat jauh dari tempat ia tinggal.

Kondisi di dua desa tersebut menunjukkan bahwa operator seluler enggan membangun BTS karena secara ekonomi tidak menguntungkan. Oleh karena itu, OpenBTS diperlukan agar pengguna ponsel GSM bisa mengirim pesan atau menelepon tanpa harus menggunakan jaringan operator seluler. Dengan begitu, warga di daerah sulit sinyal bisa membangun sistem komunikasinya secara independen.

Tags:

Hillun Vilayl Napis
06 Mar 2015


March 2015 | CC BY 4.0