Seperti Apa Perjuangan Difabel dalam Berwirausaha?



IMG-20141103-WA0002-370x400.jpg

Rubby Emir sebagai pemimpin proyek Mitra Kerja Penyandang Disabilitas (MKPD) berkesempatan mengunjungi tempat usaha Bejo Riyanto, seorang difabel di Yogyakarta. Rencananya, MKPD akan mengajak Pak Bejo bekerja sama dalam proyeknya. Berikut merupakan perjalanan Pak Bejo hingga akhirnya mempunyai usaha sendiri.

Bejo Riyanto adalah salah satu difabel asal Yogyakarta yang akhirnya membuka usaha sendiri. Ia berasal dari keluarga biasa, ayahnya seorang petani dan ibunya seorang pedagang. Di bidang pendidikan, Pak Bejo awalnya tidak langsung disekolahkan di Sekolah Dasar. Selama enam bulan ia dititipkan di sebuah sekolah agar bisa bermain bersama teman-teman sebayanya. Namun, dalam kurun waktu tersebut, Pak Bejo mempunyai prestasi yang bagus sehingga orang tuanya memutuskan untuk mendaftarkan sekolah di tahun berikutnya. Dalam hal pendidikan, ia tidak mengalami kesulitan bersekolah dari SD hingga SMA di sekolah umum.

Setelah lulus SMA Pak Bejo mendaftar kuliah D3 Komunikasi di Universitas Gajah Mada. Sayangnya, ia tidak diterima dan akhirnya melanjutkan D1 Komputer. Setelah lulus, ia mencoba melamar di perusahaan, tetapi tidak membuahkan hasil. Pak Bejo akhirnya bekerja sebagai penjaga warung telepon (wartel). Namun, ia akhirnya dikeluarkan karena rekan kerja di sana tidak menyukai keadaan fisiknya. Sejak saat itu, Pak Bejo memutuskan untuk membuka usaha sendiri.

Usaha yang dirintisnya pun tidak berjalan mulus. Berikut ini merupakan perjalanan usaha Pak Bejo.

2003 – 2004: Membuka usaha sablon khusus plastik. Usahanya berhenti karena kesulitan mobilitas.

2004 – 2006: Bekerja sama dengan teman untuk membuka toko ponsel. Sayangnya, pada tahun 2006 terjadi gempa di Yogyakarta sehingga tempat usaha rusak.

2006 – 2008: Menjadi sukarelawan di Lembaga Swadaya Masyarakat Dria Manunggal.

2008 – 2009: Menjadi penyablon di salah satu usaha kaos.

2009 – 2010: Kembali menjadi sukarelawan di Dria Manunggal.

2010 – 2011: Membuka usaha sablon dengan teman, tetapi akhirnya gagal karena ditipu.

2011 – 2012: Membuka usaha baru, yaitu Nata De Coco. Namun, usaha ini tidak berlangusung lama karena hasilnya tidak sebanding dengan apa yang dilakukan.

2012 – sekarang: Kembali membuka usaha sablon dengan meminjam uang ke bank. Usaha dengan nama Sanguine ini fokus pada sablon kaos.

Tags:

Hillun Vilayl Napis
20 Oct 2014


October 2014 | CC BY-SA 3.0