Tim Seleksi Akhir Cipta Media Seluler (CMS) yang terdiri dari Heidi Arbuckle, Hilmar Farid, Onno Purbo dan Yanuar Nugroho mengatakan, 30 inisiatif (ide) yang masuk dalam seleksi akhir beragam meskipun sebagian besar masih berada di ranah konten dan perangkat lunak. “Di level penggunaan teknologi cukup banyak ide yang masuk, tetapi mulai masuk koding tambah sedikit apalagi bikin perangkat keras”, tegas Onno Purbo.
Terkait cakupan lokasi pemohon hibah, mulai dari Sumatera sampai Papua terwakili, baik yang berasal dari desa maupun kota. Menurut Yanuar Nugroho hal ini menggembirakan karena CMS dapat dikenal lebih luas dan keinginan publik untuk terlibat juga besar. Sayangnya cakupan yang luas ini belum diikuti dengan kemerataan, sebagian besar masih terkonsenterasi di Jawa. Untuk masalah isu, ide yang masuk lebih banyak di aspek sosial atau lingkungan. Selain itu, banyak ide yang tidak dipilih karena strategi selulernya belum kuat. Misalnya, isu petani yang dalam permohonan hibahnya hanya menggunakan SMS sebagai media komunikasi, sementara tarif SMS kini cukup mahal.
Dari semua ide, penggunaan teknologi seluler yang diajukan ada yang tepat guna dan ada juga yang tidak. “Teknologi seluler ada yang terasa dipaksakan dan ada yang idenya bagus, tetapi bukan menggunakan teknologi seluler”, ungkap Heidi Arbuckle. Sementara itu, Hilmar Farid mengatakan bahwa secara keseluruhan ide yang masuk ke CMS mendorong orang untuk serius memikirkan penggunaan seluler yang dalam kehidupan sehari-hari dianggap sebagai hiburan atau pengisi waktu luang.
Tim Seleksi Akhir berharap CMS bisa menjadi katalis gerakan dan yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai salah memilih ide. Misalnya, CMS tidak hanya menyeleksi tetapi juga membangun kapasitas untuk pembuatan proposal yang baik melalui pelatihan.